Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan

Kemampuan Fondasi
adalah hak setiap anak

Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan adalah gerakan bersama yang mendasari transisi peserta didik PAUD ke SD/MI/sederajat dengan cara yang menyenangkan dan dimulai sejak tahun ajaran baru

Saat ini, miskonsepsi praktik pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini dan SD* masih sangat kuat di masyarakat.

Kemampuan yang dibangun pada anak di PAUD sangat berfokus pada calistung dan dianggap sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar

Kemampuan calistung dipahami dengan sempit, dan dianggap dapat dibangun secara instan

Tes calistung masih diterapkan sebagai syarat masuk SD; dan patahan pembelajaran antara PAUD dan SD

*SD = SD/MI dan Kejar Paket A

Padahal membangun kemampuan pada anak perlu dilakukan secara bertahap dan dalam cara yang menyenangkan agar manfaat baik dari pembelajaran tercapai.

Anak merasa belajar tidak menyenangkan

Anak merasa senang dalam belajar

Anak percaya bahwa dirinya tidak pintar saat tidak dapat calistung

Anak percaya bahwa dirinya pasti bisa asalkan mau berusaha

Anak belum mampu mengelola emosi serta menghargai orang lain

Anak mampu mengelola emosi dan menghargai orang lain

Anak belum dapat merawat diri dan barang-barang yang menjadi tanggung jawabnya

Anak dapat merawat diri dan barang-barang yang menjadi tanggung jawab diri

Anak mampu membaca namun tidak paham arti kata

Anak paham kata dan keterkaitannya dengan huruf serta bunyinya

Anak kurang terasah kemampuannya dalam berkomunikasi

Anak mampu menyimak dan dapat mengutarakan gagasan sederhana

Anak mampu melakukan penjumlahan hanya apabila mengurutkan bilangan (karena hafal, bukan paham)

Anak paham bahwa 5 + 3 = 5 objek ditambah dengan 3 objek

Kita perlu mengakhiri miskonsepsi tentang pembelajaran mulai dari sekarang
Transisi PAUD Ke pendidikan dasar perlu berjalan dengan mulus

Proses belajar-mengajar di PAUD dan pendidikan dasar kelas awal harus selaras dan berkesinambungan

1
Fondasi dibangun secara holistik

Setiap anak memiliki hak untuk dibina agar mendapatkan kemampuan fondasi yang holistik, bukan hanya kognitif melainkan juga kematangan emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi, dan lainnya

3
Kemampuan literasi dan numerasi dibangun bertahap

Kemampuan dasar literasi dan numerasi dibangun mulai dari PAUD, namun secara bertahap dan dengan cara yang menyenangkan

4
Siap sekolah adalah proses, bukan hasil

“Siap sekolah” bukanlah upaya pelabelan antara anak yang “sudah siap” atau “belum siap”, melainkan sebuah proses yang perlu dihargai oleh satuan pendidikan dan orang tua yang bijak

Dengan keterlibatan semua pihak, setiap anak dapat mendapatkan kemudahan dalam bertransisi dari PAUD ke pendidikan dasar, sehingga:
Untitled design (15)

Peserta didik PAUD dapat terus melanjutkan prosesnya untuk mendapatkan kemampuan fondasi saat di SD/MI.

Peserta didik SD/MI yang tidak pernah mengikuti PAUD, tetap mendapatkan haknya untuk mendapatkan pembinaan kemampuan fondasi, sehingga memiliki pijakan yang kuat untuk memeroleh pembelajaran selanjutnya.

Untuk mewujudkan proses transisi PAUD ke SD/MI yang menyenangkan, satuan pendidikan perlu:

1. Menghilangkan tes calistung dari proses penerimaan peserta didik baru pada pendidikan dasar (SD/MI)​
Satuan pendidikan perlu menghilangkan tes calistung dari proses penerimaan peserta didik baru pada pendidikan dasar (SD/MI)
1 (17)

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar. Sangat tidak tepat apabila anak diberikan syarat tes untuk dapat mendapatkan layanan tersebut.

1 (17)

Masih terdapat anak-anak yang belum pernah mendapatkan kesempatan belajar di satuan PAUD

1 (17)

Tes baca tulis hitung telah dilarang melalui:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, dan
2. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru

Satuan pendidikan perlu menghilangkan tes calistung dari proses penerimaan peserta didik baru pada pendidikan dasar (SD/MI)
Pada dua minggu pertama tahun ajaran baru:

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar. Sangat tidak tepat apabila anak diberikan syarat tes untuk dapat mendapatkan layanan tersebut.

Masih terdapat anak-anak yang belum pernah mendapatkan kesempatan belajar di satuan PAUD

Tes baca tulis hitung telah dilarang melalui:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, dan
2. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru

2. Menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama​
Satuan pendidikan perlu menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama
Pada dua minggu pertama tahun ajaran baru:
Satuan PAUD dan SD/MI memfasilitasi anak serta orang tua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya

Dengan masa perkenalan, diharapkan peserta didik baru dapat merasa nyaman dalam berkegiatan belajar.

13
Satuan PAUD dan SD/MI mengenal peserta didik lebih jauh melalui kegiatan belajar

◉ Kenali peserta didik baru dengan menerapkan kegiatan pembelajaran yang memberi informasi tentang kebutuhan belajar peserta didik
◉ Hargai proses anak yang berbeda-beda, karena membangun kemampuan fondasi perlu dilakukan bertahap

Satuan pendidikan perlu menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama
13
Pada dua minggu pertama tahun ajaran baru:

Satuan PAUD dan SD/MI memfasilitasi anak serta orang tua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya

Dengan masa perkenalan, diharapkan peserta didik baru dapat merasa nyaman dalam berkegiatan belajar.

Satuan PAUD dan SD/MI mengenal peserta didik lebih jauh melalui kegiatan belajar
◉ Kenali peserta didik baru dengan menerapkan kegiatan pembelajaran yang memberi informasi tentang kebutuhan belajar peserta didik
◉ Hargai proses anak yang berbeda-beda, karena membangun kemampuan fondasi perlu dilakukan bertahap
3. Menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak​ yang dibangun secara kontinu dari PAUD hingga kelas dua pada pendidikan dasar

Satuan pendidikan perlu menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak

Mengenal nilai agama dan budi pekerti

Keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi

Kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar

Kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, seperti kepemilikan dasar literasi, numerasi

Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri

Pemaknaan terhadap belajar yang positif

Contoh Isi Standar Kompetensi Lulusan untuk PAUD yang dapat dicapai hingga kelas dua
  • Standar Kompetensi Lulusan untuk PAUD tidak dirancang per usia, namun sebagai capaian yang perlu dicapai di akhir fase
  • Standar Kompetensi Lulusan untuk PAUD dapat dipenuhi hingga kelas dua
  • Tidak ada evaluasi kelulusan untuk siswa PAUD
Memiliki daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi dan ekspresi pikiran dan/atau perasaannya
Menunjukkan sikap menyayangi dirinya, sesama manusia serta alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

Mengenali emosi, mampu mengendalikan keinginannya sebagai sikap menghargai keinginan orang lain

Memahami instruksi sederhana, mampu mengutarakan pertanyaan dan gagasannya

Mengenali identitas diri, mengetahui kebiasaan-kebiasaan di keluarga, sekolah

Memiliki rasa senang terhadap belajar, menghargai usahanya sendiri untuk menjadi lebih baik
Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran dengan satuan tidak baku

Mampu menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu memecahkan masalah sederhana

Satuan pendidikan perlu menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak

Mengenal nilai agama dan budi pekerti
Keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi
Kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar
Kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, seperti kepemilikan dasar literasi, numerasi
Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri
Pemaknaan terhadap belajar yang positif
13
14
15
16
Mengenal nilai agama dan budi pekerti
Keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi
Kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar
Kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, seperti kepemilikan dasar literasi, numerasi
Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri
Pemaknaan terhadap belajar yang positif
Contoh Isi Standar Kompetensi Lulusan untuk PAUD yang dapat dicapai hingga kelas dua

Standar Kompetensi Lulusan untuk PAUD tidak dirancang per usia, namun sebagai capaian yang perlu dicapai di akhir fase

Memiliki daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi dan ekspresi pikiran dan/atau perasaannya
Memahami instruksi sederhana, mampu mengutarakan pertanyaan dan gagasannya
Memiliki rasa senang terhadap belajar, menghargai usahanya sendiri untuk menjadi lebih baik

Standar Kompetensi Lulusan untuk PAUD dapat dipenuhi hingga kelas dua

Menunjukkan sikap menyayangi dirinya, sesama manusia serta alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
1 (2)
Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran dengan satuan tidak baku

Tidak ada evaluasi kelulusan untuk siswa PAUD

Mengenali emosi, mampu mengendalikan keinginannya sebagai sikap menghargai keinginan orang lain

Mengenali identitas diri, mengetahui kebiasaan-kebiasaan di keluarga, sekolah

Mampu menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu memecahkan masalah sederhana

Silabus dan Alat Bantu Pembelajaran

Ikuti perjalanan belajar ini untuk memastikan setiap guru yang mempelajari topik Penguatan Transisi PAUD ke SD

Topik I – Penguatan Transisi PAUD ke SD di awal tahun ajaran baru
Mengapa penguatan transisi PAUD ke SD penting?

Modul 1

  1. Materi 1. Pentingnya Transisi PAUD-SD
    • Miskonsepsi Kesiapan Bersekolah
    • Lembar Kerja Miskonsepsi Kesiapan Bersekolah
  2. Materi 2. Pemenuhan Hak Anak PAUD-SD
  3. Materi 3. Kebijakan Penguatan Transisi PAUD-SD
    • Kebijakan Transisi PAUD-SD
Bagaimana bentuk lingkungan belajar yang menguatkan transisi PAUD ke SD

Modul 2

  1. Materi 1. Indikator Ketercapaian Transisi PAUD-SD
    • Seperti apa Gambaran Transisi PAUD-SD itu?
    • Studi Kasus Transisi PAUD-SD
  2. Materi 2. Dua Minggu Awal Sekolah: Anak Mengenal Sekolah
    • Anak Mengenal Sekolah di Tiga Hari Pertama
    • Latihan Susun Kegiatan
  3. Materi 3. Dua Minggu Awal Sekolah: Sekolah Mengenal Anak
    • Sekolah Mengenal Anak
    • Latihan Asesmen Awal
Aksi Nyata I – Penguatan transisi PAUD ke SD di awal tahun ajaran baru yang menyenangkan

Aksi Nyata I – Penguatan Transisi PAUD-SD di awal tahun ajaran baru.

    Selamat! Anda telah menyelesaikan perjalanan belajar bagian I. Bagikan cerita Anda dengan memilih dan lakukan paling tidak 1 dari 3 Aktivitas Aksi Nyata di bawah ini! Ikuti instruksinya di dalam lembar Aksi Nyata I.

      • Aktivitas 1. Strategi PPDB yang mendukung penguatan transisi PAUD-SD
      • Aktivitas 2. Penguatan masa pengenalan lingkungan sekolah
      • Aktivitas 3. Pengenalan peserta didik dengan menggunakan asesmen awal
Topik II – Penguatan Transisi PAUD ke SD melalui pembelajaran
Bagaimana membangun kemampuan litnum secara bertahap di PAUD dan SD kelas awal?

Modul 3

  1. Materi 1.Miskonsepsi Literasi dan Numerasi
  2. Materi 2.Lingkup Literasi
    • Jenjang Pembaca Dini
    • Jenjang Pembaca Awal
  3. Materi 3. Membangun Literasi secara Bertahap
    • Contoh Modul Ajar Literasi
  4. Materi 4. Lingkup Numerasi
    • Lima Komponen Numerasi
  5. Materi 5. Membangun Numerasi secara Bertahap
    • Lingkungan Belajar yang Mendukung Numerasi
    • Modul Ajar Numerasi
Bagaimana membangun kemampuan fondasi secara holistik dan bertahap di PAUD dan SD kelas awal?

Modul 4

  1. Materi 1. Pentingnya Kemampuan Fondasi
  2. Materi 2. Membangun Kemampuan Fondasi Secara Holistik
    • Kemampuan Fondasi secara Holistik
    • Cakupan Kemampuan Fondasi Bagian 1
    • Cakupan Kemampuan Fondasi Bagian 2
  3. Materi 3. Membangun Kemampuan Fondasi Secara Bertahap
    • Tabel Cara Membangun Kemampuan
    • Tahapan Membangun Kemampuan Fondasi
    • Komik Latihan Strategi Menguatkan Kemampuan Fondasi
    • Modul Ajar Kemampuan Fondasi
Cara merancang kegiatan pembelajaran yang relevan bagi anak usia dini

Modul 5

    1. Materi 1. Meramu Tujuan Pembelajaran
      • Studi Kasus Menyesuaikan Tujuan
    2. Materi 2. Merancang Kegiatan Pembelajaran
      • Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Hasil Asesmen Awal
      • Latihan Penyesuaian Kegiatan Pembelajaran

 

Cara melaporkan pembelajaran

Modul 6

  1. Materi 1. Asesmen yang Menguatkan Transisi PAUD-SD
  2. Materi 2. Teknik dan Instrumen Asesmen
    • Contoh Instrumen Asesmen
  3. Materi 3. Laporan Hasil Belajar
    • Latihan Menyusun Laporan
  4. Materi 4. Menyampaikan Laporan Hasil Belajar
    • Cara Penyampaian yang Dialogis
Aksi Nyata II – Penguatan transisi PAUD ke SD melalui pembelajaran yang menyenangkan

Aksi Nyata II – Penguatan Transisi PAUD-SD melalui pembelajaran.

    Selamat! Anda telah menyelesaikan perjalanan belajar bagian I. Bagikan cerita Anda dengan memilih dan lakukan paling tidak 1 dari 3 Aktivitas Aksi Nyata di bawah ini! Ikuti instruksinya di dalam lembar Aksi Nyata II.

      • Aktivitas 1. Merancang Kegiatan Pembelajaran yang Membangun Kemampuan Fondasi
      • Aktivitas 2. Merancang Asesmen yang Sesuai bagi Anak Usia Dini
      • Aktivitas 3. Menyusun Strategi Pelaporan Hasil Belajar kepada Orang Tua

Rambu Asesmen Awal

Gunakan rambu-rambu ini untuk mengasah keterampilan Anda menerapkan praktik pembelajaran yang mendukung transisi PAUD ke SD/MI pada masa dua minggu awal di tahun ajaran.
Pemerintah daerah mendukung transisi PAUD ke pendidikan dasar yang menyenangkan dengan cara:
Diseminasi surat edaran dan booklet advokasi mengenai kebijakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan
Melakukan advokasi kepada seluruh masyarakat dengan melibatkan narasumber guru yang sudah dilatih oleh Kementerian.
Memastikan seluruh satuan pendidikan menjalankan kebijakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan pada tahun ajaran baru.
Bagi 204 kab/kota yang sudah memiliki forum komunikasi PAUD-SD, kuatkan peran forum komunikasi PAUD-SD. Bagi kab/kota yang belum memiliki, agar dapat membentuk forum komunikasi PAUD-SD.
Memastikan Satuan Pendidikan mengakses ragam Alat Bantu dan melaporkan Aksi Nyata

Dinas Pendidikan Dapat Berperan dengan Mendampingi Satuan Pendidikan dengan Menggunakan Serangkaian Alat Bantu.

Surat Edaran

Unduh

Booklet Advokasi

Unduh

Panduan Forum Komunikasi

Unduh

Sejumlah Kebijakan yang Turut Mendukung Gerakan Transisi PAUD-SD.

Kebijakan tentang PPDB dan dua Minggu pertama pada awal tahun ajaran baru

Kebijakan tentang keselarasan pembelajaran PAUD-SD

Kebijakan tentang Forum Komunikasi PAUD-SD

Forum Komunikasi PAUD-SD

Ketahui cara meningkatkan kerjasama antara satuan PAUD dan satuan pendidikan dasar dengan mengaktivasi Forum Komunikasi PAUD-SD.
Unduh panduan penyelenggaraannya dan belajar dari 204 Kota/Kabupaten yang sudah memiliki Forum Komunikasi.

icon-dokumen

Unduh Panduan

icon-dokumen

Unduh Daftar Forkom

icon-dokumen

Daftar Pembentukan Forkom

icon-dokumen

Permintaan Data Narasumber

Orang tua, masyarakat, dan mitra pendidikan mendukung transisi PAUD ke pendidikan dasar yang menyenangkan dengan cara:

Orang Tua dan Masyarakat

  • Mempelajari booklet Penguatan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan

  • Membagikan booklet dan video inspirasi agar lebih banyak yang ikut mendukung perubahan pada awal tahun ajaran baru

Mitra

  • Melatih sekolah/komunitas guru dampingannya dengan modul pelatihan yang tersedia

  • Mendaftarkan organisasi Anda melalui laman transisi PAUD ke SD/MI

Mari jaga hak anak dengan memberi dukungan penuh pada gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan

Gerakan ini digagas oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Bekerja sama dengan

FAQ

UMUM
Bagaimana dengan kurikulum SD terkait tuntutan orang tua dan guru SD tentang calistung?

Kurikulum SD pada Kurikulum Merdeka sudah disesuaikan agar berkesinambungan. Capaian untuk Fase A (akhir kelas 2) berpusat pada kemampuan literasi secara menyeluruh, seperti kemampuan bertutur, dan kemampuan menyimak, sehingga tidak mengharuskan anak sudah harus bisa baca tulis pada kelas 1.

Bagaimana menyikapi jika guru SD masih menggunakan LKS sebagai bahan pembelajaran, sedangkan di PAUD tidak menekankan anak untuk membaca?

Yang utama adalah pendampingan guru kepada peserta didik, serta ketepatan dalam melaksanakan kegiata pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. LKS dapat dijadikan sebagai perangkat ajar, asalkan penerapannya mempertimbangkan bahwa masih ada anak2 yang belum dapat membaca, misalnya dengan cara dibacakan, serta LKS memiliki konten visual yang memudahkan anak menghubungkan antara kata dengan instruksi yang diberikan langsung oleh guru. Untuk mengasah kemampuan ini, silahkan gunakan alat bantu pembelajaran yang terdiri atas video inspirasi, modul pendek dan perangkat ajar. Alat bantu pembelajaran dapat diakses melalui PMM serta Laman Transisi PAUD-SD. Pada tengah tahun, diklat teknis untuk mendampingi guru secara lebih komprehensif, juga akan diluncurkan.

Bagaimana kemitraan yang telah dijalin bersama Kemenag terkait hal ini? Mengingat banyak sekali RA dan MI yang ada di lingkungan masyarakat

RA dan MI turut menjadi target dari gerakan, sehingga guru-guru RA dan MI dapat mengakses alat bantu pembelajaran pada Laman Transisi PAUD-SD. Kemdikbudristek juga berkolaborasi dengan Kemenag dan Kemendagri untuk membuat kesepakatan bersama terkait implementasi Gerakan Transisi PAUD-SD di lingkungan masyarakat, sehingga anak-anak akan terpenuhi hak-hak untuk mengembangkan kemampuan fondasinya secara bertahap dimanapun mereka bersekolah.

Apabila calistung tidak diajarkan di TK, maka TK tersebut lama kelamaan tidak mendapat murid. Karena orang tua murid senang apabila anaknya bisa calistung. Bagaimana menyikapinya hal ini?

Sasaran utama dari gerakan adalah masyarakat luas, termasuk orang tua, agar paham bahwa kemampuan ini tidak dapat diperoleh secara instan, serta masih banyak kemampuan fondasi lain yang sangat penting, seperti kemampuan mengelola emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi dst. Tuntutan ini juga dipercaya akan berkurang apabila SD atau MI tidak lagi menggunakan tes calistung sebagai dasar penerimaan peserta didik baru. Mari pelajari lebih lanjut dengan mengakses Laman Transisi PAUD-SD. Mari viralkan gerakan ini dengan membagikan booklet advokasi yang menjadi lampiran surat edaran dari dinas, dan dapat diunduh pada Laman.

Bagaimana bila ada satuan Pendidikan yang melakukan tes calistung pada PPDB?

Masyarakat dapat melaporkan pelanggaran dalam pelaksanaan PPDB (Permendikbud 1/2021 tentang PPDB, pasal 41 ayat 3) melalui laman:
http://ult.kemdikbud.go.id

Adakah regulasi dari kemdibudristek terkait maraknya kegiatan les calistung yang beredar di masyarakat?

Pendekatan dari kementerian bukanlah merestriksi, namun menguatkan pemahaman. Pada saat orang tua memahami bahwa yang dibangun di les calistung tersebut hanyalah sebagian kecil dari kemampuan yang perlu dibangun pada anak, maka daya jual les calistung akan semakin menurun.

Adakah Panduan pelaksanaan tentang Penguatan Transisi Paud ke SD kelas Awal?

Kementerian menyiapkan beragam alat bantu untuk mendukung setiap pihak dalam melakukan gerakan. Bagi dinas, sudah disiapkan SE untuk dinas, template SE untuk dibagikan ke satpen, serta juga booklet advokasi yang berisikan tentang rasional dan perubahan yang perlu terjadi di PAUD dan SD secara ringkas. Dinas juga diberikan sesi pembekalan, serta panduan pendirian forum komunikasi PAUD-SD untuk menguatkan dukungan daerah terhadap gerakan. Bagi sekolah, yang perlu dibangun adalah kesadaran dan panduan untuk membuat perubahan. Alih menyusun panduan yang berisikan prosedur, kementerian memilih untuk menyusun alat bantu pembelajaran yang dapat memandu sekolah (dan guru) berproses untuk membuat PAUD dan SD-nya menguatkan transisi PAUD-SD. Saat kesadaran dan pemahaman sudah dimiliki, satuan pendidikan dapat memilih cara yang paling tepat untuk menerapkan tiga target perubahan ini melalui peraturan sekolah.

Apa yang harus Dinas lakukan jika Surat Edaran telah disampaikan ke Satuan Pendidikan, tetapi ada satuan Pendidikan yang tetap melaksanakan tes calistung pada saat PPDB?

  1. Masyarakat dapat melaporkan pelanggaran dalam pelaksanaan PPDB (Permendikbud 1/2021 tentang PPDB, pasal 41 ayat 3) melalui laman http://ult.kemdikbud.go.id
  2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota mengeluarkan surat teguran dan peringatan kepada satuan pendidikan yang melaksanakan tes calistung pada saat PPDB.

Apakah ada sanksi bagi Sekolah / SD yg membuat tes dan persyaratan untuk PPDB?

Untuk tahun ini, kita akan pakai sanksi sosial. Target advokasi dan kampanye adalah masyarakat, khususnya orang tua dan akan didukung oleh Bunda PAUD setempat, sehingga miskonsepsi anak SD harus sudah bisa membaca diberikan pemahaman nya dan apa dampaknya bagi anak kalau hal tersebut dipaksakan. Nanti akan ada webinar untuk masyarakat, yang akan ditayangkan di youtube.

Jika guru PAUD tidak boleh mengajarkan calistung, bagaimana dengan tuntutan buku yang digunakan di SD yang mengharuskan sudah bisa calistung?

Melalui Kurikulum Merdeka, Pusat Perbukuan sudah memastikan buku teks untuk kelas 1 SD tidak lagi mengharuskan anak sudah harus dapat calistung.

Apakah peran BPMP dalam masa transisi tersebut? Apakah sudah ada juknisnya selain SE?

Peran UPT:

    A. Mendorong Kabupaten/Kota melaksanakan advokasi serta aksi konkret untuk penguatan transisi PAUD-SD.
    B. Mendorong satuan PAUD dan satuan SD mengerjakan aksi nyata penguatan pembelajaran pada awal tahun ajaran baru dan sepanjang tahun ajaran baru UPT diberikan pembekalan dan akan terus berkoordinasi dengan pusat secara berkala, agar dapat mendampingi daerah dengan lebih baik.

Secara teknis, dalam pelaksanaan transisi PAUD-SD, apakah dilaksanakan dengan menambahkan waktu setahun lagi di TK yang khusus digunakan untuk penyelarasan anak-anak sehingga tidak ada permasalahan prinsip lagi ketika memasuki SD?

Inti dari gerakan ini justru agar proses memeroleh kemampuan fondasi dapat dilanjutkan di SD kelas awal. Salah satu landasan kebijakan dalam gerakan ini adalah, standar kompetensi lulusan untuk anak usia dini dapat diteruskan dibangun pada SD kelas awal. Rasional dari kebijakan ini adalah untuk mengakomodasi peserta didik 1 SD yang tidak pernah melalui PAUD, serta menghargai hak anak PAUD untuk terus berproses hingga SD kelas awal.

Bagaimana peran Forkom terkait PPDB, sehingga tidak terjadi semacam perebutan siswa PAUD yang akan masuk SD karena akhir akhir ini ada tren regrouping sekolah?

Forum komunikasi PAUD-SD berfungsi untuk menguatkan koordinasi antara penyelenggara layanan satuan PAUD dan satuan pendidikan dasar, sehingga isu semacam ini dapat dicarikan solusi yang sesuai dengan konteks daerah.

Untuk menyukseskan forum komunikasi transisi PAUD- SD, apakah langkah-langkah konkrit kepada stakeholder untuk mendukung suksesnya gerakan forum komunikasi transisi PAUD-SD?

Ajak stakeholder untuk mempelajari gerakan dengan menggunakan booklet advokasi dan Laman Transisi PAUD-SD. Ajak stakeholder untuk melakukan advokasi agar tiga target perubahan terjadi pada tahun ajaran baru, dan seluruh guru di kab/kota menggunakan alat bantu pembelajaran yang sudah disediakan oleh kementerian.

Bagaimana jika sudah terlanjur banyak "korban" di kelas lanjutan yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang diakibatkan drilling di kelas bawah? Bagaimana solusinya?

Melalui kebijakan kurikulum merdeka, penyediaan ragam alat bantu pembelajaran di PMM, serta ragam program lainnya, kementerian akan terus menguatkan advokasi bentuk proses pembelajaran yang berpihak pada anak. Melalui strategi ini, guru SD kelas atas juga mendapatkan kesempatan untuk meninjau kembali kegiatan pembelajaran yang sudah diterapkan, dan menyesuaikannya dengan tujuan pembelajaran yang membangun kemampuan fondasi yang diperlukan sebagai prasyarat.

Mohon dipertegas terkait usia penerimaan peserta didik baru SD, karena di Dapodik SD usia 5,5 tahun sudah bisa terdaftar masuk SD, namun pada aturan PPDB adalah usia 6 tahun.

Dalam pelaksanaan PPDB, SD memprioritaskan penerimaan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD yang berusia 7 (tujuh) tahun. Persyaratan usia paling rendah sebagaimana dimaksud, dapat dikecualikan menjadi paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan bagi calon peserta didik yang memiliki:
A. kecerdasan dan/atau bakat istimewa; dan
B. kesiapan psikis.

Terkait penyelarasan kurikulum paud-sd, mohon penjelasan lebih detail terkait pelaksanaannya

Bagi satuan pendidikan yang menerapkan kurikulum merdeka, capaian pada Fase A sudah dibuat berkesinambungan dengan capaian pada Fase Fondasi. Kementerian juga sudah menyusun enam kemampuan fondasi yang dapat menjadi tujuan pembelajaran, dan dapat dibangun dengan menggunakan kurikulum PAUD maupun sekolah dasar - baik dalam kurikulum merdeka, maupun kurikulum 2013. Untuk lebih lengkapnya, silahkan mencermati Alat Bantu Pembelajaran, termasuk video inspirasi yang dapat diakses di PMM serta Laman.

Bagaimana cara memberikan pengertian kepada orang tua yang tidak mau memasukan anaknya ke PAUD?

Pada akhirnya, hak sepenuhnya ada pada orang tua dan kita perlu menghargai bahwa kondisi keluarga berbeda-beda. Yang dapat kita lakukan adalah mengadvokasi manfaat PAUD sebagai upaya terstruktur untuk membangun kemampuan fondasi anak, serta mendukung gerakan transisi PAUD-SD agar anak tersebut tetap dapat terasah kemampuan fondasinya saat ada di SD.

Apakah peserta didik yang akan masuk jenjang SD wajib menempuh pendidikan di jenjang PAUD?

Tidak wajib, karena PAUD bukanlah bagian dari wajib belajar.

Bagaimana cara mengatasi masyarakat yang lebih senang anaknya untuk les membaca dan menulis, daripada menyekolahkan anaknya di lembaga PAUD? Mengingat sama-sama mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan untuk masuk SD.

Pada akhirnya, hak sepenuhnya ada pada orang tua dan kita perlu menghargai bahwa kondisi keluarga berbeda-beda. Yang dapat kita lakukan adalah mengadvokasi manfaat PAUD sebagai upaya terstruktur untuk membangun kemampuan fondasi anak secara menyeluruh (tidak hanya calistung saja), serta mendukung gerakan transisi PAUD-SD agar anak tersebut tetap dapat terasah kemampuan fondasinya saat ada di SD.

Apakah dengan adanya transisi PAUD SD mewajibkan siswa SD untuk memiliki sertifikat lulus PAUD?

Tidak, karena dua alasan:

    1) SD merupakan wajib belajar, sehingga adalah hak setiap anak untuk dapat menikmati layanan ini. Yang menjadi target perubahan adalah proses pembelajarandi SD kelas awal serupa dengan PAUD, sehingga setiap anak tetap mendapatkan haknya untuk memiliki kemampuan fondasi; dan
    2) PAUD bukanlah WajiB Belajar, sehingga bisa saja anak langsung masuk SD tanpa melalui PAUD.

Adakah panduan pelaksanaan Tentang Penguatan Transisi Paud ke SD kelas Awal

Kami sudah menyediakan alat bantu yang ada di laman Transisi PAUD-SD dan PMM yang bisa diakses dengan mudah. Disana tersedia modul-modul, booklet, dan video praktik baik yang dapat menginspirasi Bapak dan Ibu

Apakah bentuk asesmen untuk level SD kelas 1 sama dengan PAUD? Berupa catatan perkembangan, tidak seperti format saat ini.

Salah satu target perubahan dalam gerakan ini adalah, bentuk asesmen yang diterapkan di SD kelas awal dan PAUD harus serupa. Target perubahan lain adalah, informasi mengenai perkembangan anak tetap dilaporkan kepada orang tua, dengan menggunakan format rapor SD yang ada (di deskripsi capaian, atau di bagian catatan untuk orang tua). Sudah disusun juga rambu asesmen awal yang dapat diakses di Laman dan dipandu penggunaannya saat guru belajar bersama dengan menggunakan Alat Bantu Pembelajaran.

Bagaimana menyikapi sekolah SD yg masih menerima anak yg dibawah usia 6 tahun?

Dalam pelaksanaan PPDB, SD memprioritaskan penerimaan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD yang berusia 7 (tujuh) tahun. Persyaratan usia paling rendah sebagaimana dimaksud, dapat dikecualikan menjadi paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan bagi calon peserta didik yang memiliki:
A. kecerdasan dan/atau bakat istimewa; dan
B. kesiapan psikis.

UMUM
Apa yang dimaksud dengan transisi?

Anak berpindah dan menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar baru

Apa yang dimaksud dengan transisi PAUD-SD?

Proses perpindahan peran anak dari peserta didik PAUD menjadi peserta didik SD dimana anak tidak perlu melakukan banyak penyesuaian akibat dari perpindahannya.

Apa saja miskonsepsi dalam literasi?

Masyarakat awam menganggap bahwa literasi dimulai dengan pengenalan huruf, kemampuan mengeja suku kata, kefasihan melafalkan bacaan, dan keterampilan menulis secara drilling (mengandalkan latihan terus menerus) dan mengabaikan konteks. Pemahaman terkait dengan literasi yang benar:
a. Sejatinya, kecakapan literasi dimulai dari kemampuan anak untuk dapat berkomunikasi, artinya bertukar informasi melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
b. Kemampuan ini dapat ditumbuhkan melalui kegiatan bercakap-cakap, menyimak lagu dan cerita, bermain dan bersosialisasi.
c. Kegiatan pembelajaran tersebut pun dapat dilakukan seiring dengan dilakukannya pengenalan aksara, kata, menulis dan membaca.

Apakah anak usia dini belum siap untuk belajar numerasi/ matematika?

Anak usia dini dapat secara aktif membangun pemahamannya dari pengalaman sehari-hari mereka terkait berbagai konsep dan strategi matematika, misalnya ketika ia memiliki dua coklat dan memberikannya satu untuk adik dapat membuatnya memahami konsep pengurangan. Mereka siap dan bersemangat untuk belajar matematika / numerasi yang merangsang dan menantang.

Apakah numerasi/ matematika hanya dapat dikuasai oleh anak cerdas dengan gen matematika (turun-temurun)?

Minat dan pengetahuan matematika yang dibawa anak-anak ke sekolah berbeda karena pengalaman mereka yang berbeda-beda, bukan karena faktor biologis mereka. Kita tidak boleh melupakan fakta bahwa semua anak, terlepas dari latar belakang dan pengalaman sebelumnya, memiliki potensi untuk belajar matematika.

Apakah mengajarkan bilangan yang sederhana dan bentuk sudah cukup bagi anak usia dini?

Pembelajaran matematika anak usia dini bersifat mendalam dan luas, yang mencakup ide-ide besar matematika di banyak bidang — termasuk bilangan dan operasi hitung, geometri (bentuk dan ruang), pengukuran, aljabar (terutama pola), dan analisis data — dalam konteks pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah, analisis dan komunikasi.

Apakah Literasi lebih penting daripada numerasi untuk anak usia dini?

Numerasi sama pentingnya dengan literasi. Anak-anak belajar berbicara, membaca dan menulis bahasa matematika untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika. Jenis bahasa terpenting yang dapat dipelajari anak-anak dalam matematika adalah bahasa pemikiran, pembenaran, dan pembuktian. Bahasa dan literasi jelas sangat tertanam dalam pembelajaran dan pengajaran matematika.

Apakah guru dapat menyediakan sarana yg lengkap seperti alat belajar untuk anak belajar numerasi, kemudian membiarkan anak membangun pemahamannya sendiri dengan alat belajar tersebut?

Lingkungan fisik yang kaya, meskipun merupakan indikator kualitas yang penting, tidaklah cukup dengan sendirinya. Faktor krusial bukanlah apa yang dimungkinkan oleh lingkungan, tetapi apa yang sebenarnya dilakukan anak-anak di dalamnya. Lingkungan mungkin menyediakan 'makanan untuk berpikir matematis', tetapi keberadaan makanan untuk berpikir matematis di kelas tidak menjamin bahwa anak-anak akan mencernanya. Guru perlu membantu anak untuk mengolahnya. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemicu ketika anak bermain dengan alat belajarnya tersebut. Hal ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan matematis anak menjadi lebih kuat lagi

Apakah matematika hendaknya tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri?

Matematika dapat menjadi subjek studi yang menarik dan mengasyikkan dengan sendirinya. Anak-anak terpesona dengan bilangan dan bentuk. Matematika tidak selalu perlu diintegrasikan dengan kegiatan lain untuk menarik anak-anak. Walau demikian, apabila memungkinkan dan memang berkaitan, matematika/numerasi dapat diintegrasikan dengan pelajaran lain.

Apakah Asesmen dalam matematika tidak relevan untuk anak usia dini?

Matematika dapat menjadi subjek studi yang menarik dan mengasyikkan dengan sendirinya. Anak-anak terpesona dengan bilangan dan bentuk. Matematika tidak selalu perlu diintegrasikan dengan kegiatan lain untuk menarik anak-anak. Walau demikian, apabila memungkinkan dan memang berkaitan, matematika/numerasi dapat diintegrasikan dengan pelajaran lain.

Apakah Asesmen dalam matematika tidak relevan untuk anak usia dini?

Asesmen terutama yang bersifat autentik, relevan untuk anak usia dini. Asesmen yang dipahami dengan baik, diterapkan dengan baik, dan berkelanjutan adalah alat yang sangat diperlukan dalam memfasilitasi keterlibatan dan keberhasilan semua anak dalam matematika. Di ruang kelas anak usia dini, observasi merupakan teknik asesmen yang sering digunakan untuk memahami anak-anak, karena tidak mengancam dan dapat dilakukan secara diam-diam. Dalam kasus matematika, guru sering menggunakan ceklis untuk mencatat pengamatan mereka tentang apakah seorang anak telah menunjukkan pengetahuan matematika tertentu.

Apakah anak belajar matematika hanya melalui interaksi dengan benda-benda konkret?

Penggunaan bahan konkret memang efektif untuk mendorong anak berpikir dan membuat hubungan antara objek dan membangun ide matematika yang bersifat abstrak. Walau demikian, yang paling utama adalah bagaimana membangun ide tersebut menggunakan pertanyaan pemantik yang membantu anak menemukan pemahamannya sendiri. Misalnya "menurut kamu, mana yang lebih banyak? kira-kira apa yang terjadi apabila kita menumpahkan isi air di ember ini ke dalam gelas? cukup tidak ya?", dst. Oleh sebab itu, guru dan juga orang tua di rumah, perlu lebih sering memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut sehingga aktivitas belajar anak tidak hanya bersifat hands-on (hanya bergantung pada benda), tetapi yang utama, minds-on (bergantung juga kepada keterampilan guru dalam mendampingi peserta didik).

Apakah pemahaman konsep bilangan diukur dari kemampuan menghitung cepat?

Kemampuan menghitung cepat saja belum menjamin seorang anak memiliki pemahaman yang utuh mengenai bilangan, termasuk di dalamnya kesadaran atau intuisi bilangan.