Peran teknologi digital sangat penting di ranah Pendidikan. Keterlibatan teknologi digital menjadi prinsip dasar bagi satuan pendidikan untuk melahirkan peserta didik yang berpikir global bertindak lokal.
Hal tersebut disampaikan Pramoda Dei Sudarmo, MBA., MPA., Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) saat menghadiri secara virtual Rapat Penyusunan Pedoman Pembinaan Peserta Didik dalam rangka Peningkatan Wawasan Kebhinekaan Global yang digelar Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud, Sabtu, 24 Oktober 2020.
”Sebagai pendidik kita harus tahu bagaimana menggunakan sosial media yang menjadi bagian dari literasi digital di ranah pendidikan. Kita juga harus paham bahwa sosial media bentuknya akan terus berubah, dari Facebook, Instagram, Tiktok, nanti ada lagi yang baru. Kita pendidik dan juga regulator jangan mau ketinggalan untuk mengikuti perkembangan media sosial atau media digital sebagai wadah menyampaikan edukasi,” ujar Dei Sudarmo.
Dei melanjutkan, untuk menciptakan mindset global pada anak, sebanyak mungkin satuan pendidikan harus dapat berkolaborasi dan menggunakan berbagai platform sosial media. Jadikan media sosial sebagai kawan, bukan lawan.
“Itu prinsip dasar bagaimana sosial media bisa menjadi kawan kita bukan malah dijadikan lawan. Kemendikbud juga sudah berkolaborasi dengan media sosial seperti Tiktok yang sudah biasa digunakan oleh anak-anak zaman sekarang. Kita juga berkolaborasi dengan petinggi Facebook Indonesia untuk membuat konten pendidikan dan menyebarkannya,” ujar Dei.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, M. Imran Hanafi menyampaikan bahwa untuk membangun SDM, kebhinekaan bangsa dan kebhinekaan global, satuan pendidikan harus berbaur dengan pendidikan era revolusi industri 4.0. Diantaranya adalah pengintegrasian teknologi cyber fisik maupun non fisik dalam pembelajaran, kemudian pengajar meramu pembelajaran dan mengekspor kompetensi tersebut kepada peserta didik.
“Untuk menciptakan peserta didik berpikir global, satuan pendidikan juga dapat mengimplementasikan sistem mengajar STEAM Education yang sudah dijalankan di setiap sekolah di beberapa negara,” ujarnya.
Hanafi menjelaskan, STEAM Education adalah metode pembelajaran Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics (STEAM) yang dapat membuat anak lebih berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, mudah beradaptasi, dan komunikatif. Selain itu, dapat meningkatkan kreativitas anak didik guna menjadi pemimpin, kreator, dan kewirausahaan.
“Melalui sistem STEAM Education ini anak didik didorong untuk memiliki wawasan global, kreatif, mengembangkan kemampuan emosi, intelektual dan sosial, serta berkontribusi positif terhadap lingkungan dan budaya,” paparnya.
Akan tetapi untuk melahirkan anak dengan kebhinekaan global melalui sistem mengajar STEAM serta melibatkan dan memanfaatkan teknologi digital, Imran Hanafi menekankan pemerintah daerah dan satuan pendidikan harus memiliki kesiapan.
“Karena yang menjadi krusial adalah kesiapan pemerintah daerah dalam beradaptasi dengan disrupsi yang terjadi di tengah kita, dan kesiapan satuan pendidikan untuk bersinergi dengan pemerintah daerah, serta menerapkan kebijakan pendidikan hasil adaptasi baru industri 4.0,” katanya. (Kumi/Hendri)