Dalam perjalanan mengunjungi beberapa sekolah di pulau Rote, Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd bertemu sekelompok anak. Mereka berjalan kaki menyusuri jalan beraspal. Udara musim kemarau di pulau paling selatan Indonesia yang panas itu tak melunturkan keceriaan anak-anak.

Sekelompok anak ini terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6 Sekolah Dasar. Mereka bersenda gurau sepanjang jalan. Rupanya anak-anak ini baru pulang belajar kelompok di rumah salah satu temannya. Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur memang masih menerapkan kebijakan belajar di rumah (BDR) bagi seluruh siswa.

“Berapa jauh adik-adik jalan kaki,” tanya Sri Wahyuningsih. “Lima kilometer,” jawab anak-anak kompak. Sungguh kuat tekad anak-anak ini. Berjalan lima kilometer demi bertemu guru dan sekelompok teman untuk belajar bersama.

Keterbatasan ekonomi keluarga tidak memungkinkan anak-anak ini belajar secara online. Karena belajar dalam jaringan (daring) membutuhkan media berupa laptop atau telepon pintar yang bisa terhubung dengan internet.

Di tengah-tengah obrolan di pinggir jalan itu, seorang pria bermotor melintas. Ternyata ia adalah Yusup Namang Jabar, Kepala Sekolah Dasar Negeri Oenggaut, Rote Barat, tempat anak-anak tadi bersekolah. Ia buru-buru menghentikan laju sepeda motornya dan menghampiri anak-anak didiknya yang tengah mengobrol dengan orang asing di pinggir jalan. Wajahnya tampak khawatir.

Senyum Yusup Namang Jabar baru mengembang setelah mengetahui sosok yang mengobrol dengan anak-anak didiknya adalah Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud bersama beberapa stafnya. Sri Wahyuningsih datang ke pulau Rote mendampingi kunjungan kerja Mendikbud Nadiem Makarim pada 10-12 November 2020. Setelah Mendikbud pulang, ia menyempatkan diri mengunjungi beberapa SD seharian, sebelum kembali ke Jakarta.

Yusup Namang Jabar mengatakan, masih ada sekelompok anak SD Negeri Oenggaut yang belajar kelompok di rumah salah satu warga. Sri Wahyuningsih pun diantar ke sana dan didambut ‘salam corona’ oleh para siswa. Mereka merapatkan kedua telapak tangan di depan dada sambil membungkuk. Itulah ‘salam corona.’ Maklum, di tengah pandemi Covid-19, tidak ada jabat tangan. Apalagi cium tangan. Anak-anak itu dengan kreatif menciptakan ‘salam corona’ yang sejalan dengan protokol kesehatan. Sri Wahyuningsih mengikuti gerakan ‘salam corona’ ala anak-anak pulau Rote.

Di tempat belajar kelompok itu Sri Wahyuningsih bercengkrama dengan anak-anak. Meminta anak-anak bercerita tentang keseharian dan cita-cita mereka, serta menasehati agar anak-anak terus semangat belajar demi mengejar cita-cita.

Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud juga mendengarkan dengan seksama keluhan dan saran dari Yusup Namang Jabar dan Yusuf Mengge, guru kelas 6, untuk kemajuan pendidikan ke depan. Kepada Yusuf Mengge, Sri Wahyuningsih secara khusus memberikan cara-cara mengakses konten pembelajaran yang bermutu di internet. Misalnya dengan mengakses Media Center Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud di alamat http://ditpsd.kemdikbud.go.id.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke SD Negeri Nauhadeoen, Kecamatan Lobalain untuk memantau proses BDR di sana. Dari kunjungan ini, Sri Wahyuningsih menyimpulkan bahwa sekolah-sekolah di pulau Rote sudah siap melaksanakan belajar tatap muka di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan.

“Selama ini mereka sudah menerapkan belajar tatap muka, tapi bukan di sekolah, melainkan di rumah warga. Tidak ada salahnya jika mereka mulai membuka sekolah. Yang penting pemda, guru dan orang tua siswa setuju. Karena Kabupaten Rote Ndao banyak zona hijau dan kuning,” papar Sri Wahyuningsih. (Hendriyanto)