Pendidikan adalah sektor yang paling terkena dampak besar oleh pandemi Covid-19. Pemerintah pun sudah berusaha secara maksimal agar kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan tetap terjaga sehat dan selamat dengan mengeluarkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik luring maupun daring.

Setelah lebih dari 8 bulan lamanya peserta didik melakukan PJJ, opini dari masyarakat pun mulai bermunculan terhadap belajar dari rumah, ada yang mulai bosan dan jenuh dengan kondisi PJJ. Bahkan anak-anak peserta didik di Sekolah Dasar (SD) pun sudah banyak yang membangun meme kreatif di media sosial tentang kerinduan belajar tatap muka di sekolah.

Terkait hal tersebut, INOVASI dan 3 kabupaten di Kalimantan Utara bekerjasama untuk mencari solusi dan terobosan-terobosan yang bisa dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didik agar tidak terjadi lost learning.

“Sangat dibutuhkan inovasi-inovasi untuk pengelolaan pembelajaran di masa pandemi yang dapat dilakukan oleh guru maupun orang tua untuk mengikis rasa jenuh dan bosan selama PJJ. Di sisi lain anak-anak kita juga sudah merindukan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah,” papar Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., dalam Workshop Tingkat Provinsi Pengelolaan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, Bagi Fasilitator Daerah Kalimantan Utara Tahun 2021, yang digelar secara virtual pada Rabu, 17 Februari 2021.

Beliau melanjutkan, meskipun kebijakan untuk kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah dikeluarkan melalui SKB 4 Menteri, bahkan Presiden meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendorong sekolah-sekolah dapat melakukan pembelajaran tatap muka agar tidak terjadi lost learning, namun untuk implementasinya diserahkan kepada pemerintah daerah yang lebih memahami kebutuhan daerahnya.

“Tapi kita tahu implementasi pembelajaran tatap muka ini menjadi kewenangan daerah yang sesuai dengan undang-undang otonomi daerah,” katanya.

Kondisi pandemi ini merupakan sebuah tantangan yang cukup besar di dunia pendidikan dan semua pihak harus turut saling bekerjasama dan berupaya semaksimal mungkin. Terutama segitiga emas dimana di dalamnya adalah peran guru, orangtua dan peserta didik yang menjadi kunci dalam mempersiapkan pembelajaran yang efektif dan tidak terjadi lost learning.

“Saya senang sekali apa yang digagas oleh teman-teman INOVASI yang bekerjasama dengan 3 kabupaten di Kalimantan Utara khususnya untuk mencari solusi dan terobosan-terobosan yang bisa dilakukan dalam mempersiapkan anak-anak kita agar tidak terjadi lost learning,” ujarnya.

Dalam menghadapi tantangan pembelajaran di masa pandemi ini khususnya belajar dari rumah, Sri melanjutkan, tidak bisa dilakukan secara optimal karena kondisi yang terbatas. Selain itu setiap orangtua pun juga memiliki latar belakang yang berbeda, dari sisi sosial, ekonomi dan pendidikan.

“Belajar dari rumah ini menjadi persoalan tersendiri untuk satuan pendidikan maupun pemerintah daerah. Oleh karena itu terobosan-terobosan dan inovasi-inovasi tetap harus dilakukan. Yang paling utama adalah bagaimana membangun psikologis anak-anak kita selama melaksanakan pembelajaran di masa pandemi ini. Saya berharap dengan tips-tips dari teman-teman INOVASI dan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur ini bisa dilakukan bagi orang tua dan guru dalam memberikan pembelajaran pada peserta didik, supaya pembelajaran dapat maksimal dan tidak terjadi lost learning,” katanya.

Susanti Sufyadi dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud menambahkan, ada tiga tantangan umum yang terjadi selama pembelajaran jarak jauh dan ini berimbas terjadinya ketimpangan belajar. Tiga tantangan tersebut diantaranya kualitas pembelajaran, yaitu waktu belajar yang sedikit membuat proses belajar anak terhambat. Sulit mengkondisikan anak di rumah untuk fokus belajar tidak terjadi seperti waktu di sekolah. Lalu kemudian siswa kelas 1 SD harus sudah bisa membaca padahal umumnya mereka baru mengenal huruf. Pembelajaran terhambat jika siswa tidak bisa membaca.

“Tiga poin ini menjadi tantangan guru dan juga orangtua. Oleh karea itu kita semua harus saling bersinergi dan mencari berbagai cara bagaimana dapat membangun pembelajaran yang efektif,” katanya.

Terkait dengan kesiapan pembelajaran tatap muka, lanjut Susanti, selama melaksanaka PJJ ini banyak peraktik baik yang bisa dipelajari dan dapat dilanjutkan di ruang kelas pembelajaran tatap muka.

“Banyak yang bisa kita pelajari dari PJJ, yang dapat diimplementasikan di ruang kelas nanti. Misalnya pembentukan karakter dan mindset bisnis melalui pembelajaran project based learning,” ujarnya. (Kumi Laila/Hendriyanto)