Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan sebuah transisi kegiatan belajar mengajar dari yang harusnya dilakukan secara tatap muka di sekolah, namun karena adanya pandemi Covid-19 kegiatan sekolah pun harus dialihkan menjadi jarak jauh, baik secara luring maupun daring. Kegiatan PJJ ini jangan dijadikan sebuah penghalang, tapi justru dijadikan tantangan bagi semua pihak demi menjalankan kewajiban mencerdaskan anak bangsa.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Sekolah Dasar (SD), Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd pada webinar yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation, Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara, serta Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud, Rabu 16 September 2020.

Webinar ini dihadiri oleh Provincial Coordinator Tanoto Foundation Yusri Nasution, PTP Ahli Muda Direktorat Sekolah Dasar Nur Fitriana, M.A, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara Ilyas Sitorus,  dan Iswanto yang merupakan Kepala Sekolah di salah satu Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara, serta ratusan guru.

“Saya sangat mengapresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Batu Bara, dimana kegiatan ini menunjukan bahwa pemerintah peduli terhadap anak-anak bangsa. Apalagi dalam kondisi saat ini kita harus memberikan dukungan supaya PPJ ini bisa berjalan lancar sehingga masih bisa tetap memberikan mata pelajaran hingga pendidikan pembentukan karakter pada siswa,” ujar Sri Wahyuningsih.

Direktur Sekolah Dasar Kemendekbud juga menyampaikan, anak-anak didik bangsa harus terlayani dengan baik pendidikannya, serta harus mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan untuk menjaga psikologis anak selama melakukan PJJ di era pandemi Covid-19.

“Untuk mewujudkannya kita butuh kerjasama berbagai pihak seperti pemerintah, guru serta para orang tua. Manajemen talenta harus terlahir dari siswa. Kami dari pusat akan terus mengupayakan untuk melakukan kolaborasi dengan dinas kota dan kabupaten untuk pendidikan para siswa di era pandemi sehingga melahirkan anak yang memiliki jiwa global tapi tetap nasionalis,” tuturnya.

Sri Wahyuningsih juga menyampaikan harapannya kepada semua pihak baik pemerintah maupun guru untuk terus melahirkan inovasi-inovasi serta kreativitas dalam menyampaikan pembelajaran bagi siswa di tengah pandemi.

Sementara itu, PTP Ahli Muda Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud Nur Fitriana mengatakan, karakter siswa perlu dibentuk dengan mengimplementasikan nilai-nilai beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

Selain itu menumbuhkan karakter pada siswa juga dibutuhkan keteladanan dari para guru. Guru harus mampu konsisten memberikan keteladanan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, guru harus menj

adi jembatan antara orang tua dan anak.

“Dalam keadaan pandemi dan melakukan PJJ seperti ini bukan berarti tidak ada media untuk memberikan pembelajaran karakter pada siswa. Guru bisa memberikan pendidikan karakter melalui permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak di lingkungan rumahnya masing-masing, dan akan dipantau serta dinilai oleh guru melalui daring,” ujar Nur Fitria.

Dari permainan tradisional seperti bermain kelereng, layang-layang, permainan congklak dapat diambil pembelajaran karakter seperti fokus, sabar dan jujur. Selama PJJ ini para guru juga bisa menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada siswa, dimana dalam entrepreneurship itu terkandung nilai-nlai karakter seperti kemandirian, gigih dan pantang menyerah menghadapi tantangan.

“Selama pandemi ibu dan bapak guru jangan khawatir terhadap nilai-nilai karakter siswa selama melakukan PJJ. Banyak cara dan media untuk menanamkan karakter pada siswa diantarnaya dengan menanamkan enam nilai yang harus dimiliki Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif,” katanya.

Selaras dengan yang disampaikan oleh Nur Fitria, Iswanto menyampaikan bahwa prinsip pembelajaran di tengah pandemi itu ada tiga yaitu sajikan, internalisasi dan terapkan. Sajikan itu adalah tahap memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama, pengetahuan dan keterampilan melalui dimensi akal, rasio atau logika dan kinestetik dalam setiap bidang studi.

Internalisasi adalah penghayatan atau tahap menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan melalui dimensi emosional, hati atau jiwa. Sementara itu, terapkan adalah tahap mempraktekan nilai-nilai kebaikan melalui dimensi prilaku kegiatan ibadah dan amal-amalan nyata serta berupaya untuk menebar kebaikan.

“Karakter akan terbentuk jika rukhiyah, fikhriyah dan amalan dari tiga prinsip tersebut diterapkan oleh guru, siswa dan juga peran orang tua,” ucap Iswanto.

Kepala Dinas Kabupaten Batu Bara Ilyas Sitorus menyampaikan bahwa pendidikan karakter sudah jauh-jauh hari diimplementasikan di Batu Bara seperti di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pemerintah Daerah Kabupaten Batu Bara bahkan meningkatkan untuk mengeksistensikan bahasa Indonesia serta bahasa daerah Sumatera Utara.

“Kita tingkatkan bahasa Indonesia dan bahasa daerah karena kita cemas melihat anak-anak yang mulai kecanduan bahasa global dan pelan-pelan meninggalkan bahasa ibunya. Pendidikan karakter ini apalagi di tengah pandemi memang sudah kewajiban semua pihak baik itu pemerintah, guru dan orang tua untuk saling membantu. Saya senang sama para guru di Batu Bara yang datang ke rumah-rumah siswa untuk membantu para orang tua,” imbuhnya. (Hendri/Kumi)