The Happiness Ajak Masyarakat Mengenal Arti Bahagia

Kebahagiaan adalah hak setiap orang. Bahagia dapat tercipta dari hal sederhana, tidak melulu karena materi. Namun faktanya, 80% masyarakat Indonesia masih memandang kebahagiaan sebagai sesuatu yang materialistis.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Personal Growth, ditemukan bahwa aspek-aspek yang berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang antara lain 90,4% memiliki rumah yang bagus, sebanyak 83% kekayaan finansial, dan 66,2% prestasi akademik dan profesional.

Dalam rangka memperingati Hari Kebahagiaan Dunia yang jatuh pada 20 Maret 2022, Wall's mengajak masyarakat untuk memahami apa arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Selain itu Wall's  meluncurkan The Happiness Project sebagai upaya edukasi keluarga Indonesia bahwa kebahagiaan itu bisa muncul dari cara sederhana. Dan kebahagiaan itu tidak hanya diukur dari segi materi semata.

Sebagai langkah dari upaya tersebut, Wall's The Happiness Project 2022 menggelar virtual press conference yang berlangsung pada Jumat, 18 Maret 2022.

Direktur Sekolah Dasar, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., yang turut hadir pada press conference tersebut menyatakan kebahagiaan harus dimaknai lebih luas. Tidak hanya karena prestasi akademik atau kemampuan financial.

The Happiness Ajak Masyarakat Mengenal Arti Bahagia

Ia berpendapat kebahagiaan itu harus dimulai dari sendiri. Sebagai manusia, semua orang seharusnya bisa memaknai nilai-nilai dan memberikan manfaat baik pada lingkungan melalui arti kebahagiaan.

“Semakin dini seorang anak mendapatkan pemahaman atau literasi dari berbagai aspek, tentunya bisa menimbulkan rasa bahagia. Anak-anak yang bahagia dari kecil akan memberikan dampak positif secara kognitif, sosial, dan emosional," lanjut Sri Wahyuningsih.

Senada dengan yang disampaikan oleh Sri Wahyuningsih, Bernardus Rendita Kusumo selaku Senior Brand Manager Wall’s juga melihat bahwa kebahagiaan merupakan hak dan tujuan hidup semua orang. Namun, apakah barang mewah atau sukses itu bisa menjamin kebahagiaan?

“Untuk itulah, Wall's mengajak masyarakat mengerti pentingnya memupuk kebahagiaan yang sesungguhnya sejak dini,” katanya.

Sejalan dengan hasil survei, Rendi juga melihat bahwa kebahagiaan itu bisa diajarkan sejak dini. Menurutnya, semakin dini diajarkan kebahagiaan maka akan semakin baik kemampuan anak untuk membentuk pola pikir tentang arti bahagia.

Ia juga menyampaikan 5 kunci kebahagiaan yang dikenal dengan 5B yaitu, Berteman, Bergerak, Bersyukur, Berbuat baik dan Berkreasi.

“Nah untuk teman-teman agar bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya maka harus bisa mengaplikasikan 5B ini. Lima kunci kebahagiaan tersebut juga kami implementasikan ke dalam lima modul yaitu menemukan kebahagiaan, semua jadi happy challenge, merancang happiness project, duta happiness dan semua jadi happy festival,” tuturnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Psikolog Klinis Ratih Ibrahim yang mengatakan kebahagiaan itu bisa diusahakan. Menurut survei, Ratih melihat bahwa persepsi kebahagiaan mengenai kecukupan finansial dan prestasi justru tidak berkontribusi maksimal.

“Kebahagiaan yang kerap dimaknai manusia umumnya selalu bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistik. Padahal, kebahagiaan yang sesungguhnya datang dari bagaimana manusia memaknai hidup dan nilai-nilai yang dijunjung, serta mengupayakannya dalam keseharian,” tutur Ratih Ibrahim selaku Psikolog Klinis & CEO Personal Growth.

Kebahagiaan memang bisa saja hadir dari prestasi akademis, kemapanan finansial, atau jabatan. Namun, adanya pandangan bahwa kebahagiaan hanya bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistis tersebut justru dapat menyebabkan seseorang merasa kebahagiaan adalah sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil dicapai.

Artinya, kebahagiaan itu bisa dimaknai luas. Kebahagiaan meningkat ketika kita bisa memprioritaskan relasi sosial, dekat bersama keluarga, bekerja keras, tahu tujuan hidup, dan melihat hidup lebih positif. Untuk itu, The Happiness Project ini berupaya menjangkau 100 Ribu anak Indonesia selama setahun ke depan agar #SemuaJadiHappy.

"Bahagia itu harus ada tujuannya. Bukan cuma untuk diri sendiri tapi juga relate ke orang lain dan lingkungan sekitar," ujar Ratih.

Program The Happiness Project ini mempercayai bahwa kebahagiaan itu memiliki rumus. Ada lima elemen kebahagiaan yang sudah dibuktikan melalui beragam riset. Kelima hal ini mendorong seorang anak untuk bisa unggul bukan dari segi kognitif saja, tapi lebih tangguh menghadapi hidup.

Berteman: Memiliki relasi baik dengan orang lain, alam, lingkungan, bahkan hewan peliharaan. Ketika ada relasi yang baik maka ada perasaan tenang, utuh, bernilai. Itulah yang membawa peran positif untuk meningkatkan kebahagiaan diri.

Bergerak: Kamu akan merasa lebih bahagia ketika badan ikut bergerak, seperti olahraga, berlari, menari, berjalan, dan sebagainya.

Bersyukur: Poin penting untuk bisa memahami bahwa kaya, sukses, bergelimangan harta bukanlah jaminan bisa hidup bahagia kalau tidak bisa bersyukur.

Berbuat baik: Selain materi, apa yang kita beri kepada orang lain itu bisa membuat kita ikut merasa bahagia. Contohnya menyapa, bercanda, tertawa. Berbuat baik gak hanya untuk orang lain, melainkan diri sendiri.

Berkreasi: Ketika bisa mempelajari hal baru atau berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi hasilnya, hal ini pun bisa membawa kebahagiaan.

Sebagai psikolog, Ratih Ibrahim juga mengatakan bahwa orangtua dan guru punya peran penting dalam membangun fondasi kebahagiaan. Dengan mengimplementasikan elemen-elemen tersebut, aspek perkembangan anak akan berkembang optimal. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang resilien dan bahagia saat dewasa nanti.

Bicara soal parenting, Nana Mirdad dan Andrew White yang hadir dalam press conference virtual tersebut mengungkapkan, mereka merupakan orangtua yang percaya bahwa anak butuh pemahaman. Mereka sepakat untuk berkomunikasi satu suara. Ada saatnya untuk tegas, ada saatnya pula untuk bisa bernegosiasi.

Dengan mengajak anaknya melakukan berbagai aktivitas seru, Nana melihat ada dampak dan respons yang positif. Menurut Nana, ia perlu lebih tekun membimbing anak-anak untuk bisa memahami bahwa arti bahagia itu bukan dari segi materi saja.

“Bersyukur dan berteman yang merupakan bagian dari 5 Kunci Kebahagiaan adalah hal-hal yang selama ini aku ajarkan dan terapkan kepada anakku. Misalnya, momen berbagi ini akan melatih anak aku untuk selalu bersyukur serta mengekspresikan kepedulian mereka terhadap orang lain maupun lingkungan," kata Nana. (Hendriyanto)

Penulis: Hendriyanto
Editor: Lailatul Machfudhotin