Tenaga Pengajar Harus Bisa Public Speaking

Dalam mewujudkan proses pembelajaran yang interaktif, asyik dan menyenangkan, keahlian berbicara di depan umum (public speaking) memiliki peranan penting. Tanpa ada strategi komunikasi dengan teknik public speaking yang baik, pembelajaran bisa jadi membosankan. Baik itu pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran online.

Apalagi belajar online yang tingkat bosannya sangat tinggi, guru dituntut harus bisa menghidupkan kelas agar peserta didik khususnya di jenjang dasar tetap semangat mengikuti pembelajaran.

Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam public speaking, terutama di tengah pembelajaran secara online, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama GNLD Siberkreasi dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan webinar kelas mengajar online sesi ke-2. Tema yang dibahas adalah tentang teknik public speaking yang baik dan benar bagi pengajar selama pembelajaran online. Webinar yang digelar pada 7 Oktober 2021 ini dapat ditonton ulang melalui link Youtube berikut ini: https://youtu.be/8iN22i7A7ug.

Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudriatek, Jumeri, S.T.P., M.Si mengatakan, salah satu soft skill penting yang perlu dibekali kepada para pendidik ialah public speaking. Kemampuan berbicara di depan umum atau public speaking adalah salah satu kunci untuk dapat menyampaikan informasi, ide, gagasan serta ilmu.

Public Speaking Untuk Tenaga Pendidik

“Dengan adanya kemampuan public speaking yang baik dan mumpuni tentunya akan memudahkan siapa saja dalam menyampaikan visi dan gagasannya, serta dapat meyakinkan kepada audiens-nya. Dengan digitalisasi yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, sudah sepatutnya didukung pula dengan keterampilan dan kecakapan digital para penggunanya. Lebih khusus bagi para pendidik yang melakukan pembelajaran secara hybrid dengan pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas,” tutur Jumeri pada saat membuka kegiatan webinar yang ditayangkan di channel Youtube Siberkreasi.

Dirjen PAUD Dikdasmen menambahkan, para tenaga pendidik di era sekarang memiliki dua tantangan yaitu harus mampu menyampaikan materi dan bahan ajarnya kepada peserta didik yang tatap muka dan yang berada di ruang virtual. Dengan kemampuan teknologi dan kemampuan public speaking yang mumpuni, apa yang disampaikan akan mampu dipahami dengan tepat oleh peserta didik.

“Inilah yang disebut public speaking 4.0. Yaitu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menyampaikan gagasan dengan tepat dan ringkas,” ujarnya.

Lebih lanjut Jumeri berharap melalui webinar ini para peserta dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi pendidik dalam mengajar online, khususnya dalam meningkatkan skill public speaking. Yang kedua, memberikan pengetahuan kepada pendidik mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar selama mengajar online.

Sementara itu, Nadia Mulya, Fasilitator dan Founder Commpassion selaku narasumber dalam kesempatan webinar tersebut menyampaikan ada empat point yang diterapkan dalam semua aspek komunikasi. Empat point tersebut disingkat menjadi YMCA. Singkatan YMCA ini diadopsi dari lagu tahun 70-an untuk menjadi dasar teori komunikasi compassion.

“YMCA ini (Y) itu adalah yourself atau diri kita sendiri sebagai seorang komunikator, (M) adalah message atau pesan yang hendak disampaikan, (C) adalah channel atau saluran apa yang digunakan, dan (A) adalah audience,” terang Nadia Mulya.

Public Speaking Untuk Tenaga Pendidik

Komunikator, lanjutnya, harus pastikan semua elemen berjalan dengan lancar sehingga pesan sudah tersampaikan dengan benar. Selain itu, dari 4 poin yang disampaikan masing-masing memiliki komponennya.

Komponen pertama adalah (Y) atau yourself. Diri kita selalu merasa bahwa kita sudah mengenal diri kita sebagai seorang pribadi. Tetapi bagaimana dengan diri kita sebagai komunikator atau seorang public speaker. Nah, seorang komunikator harus mengenal dirinya lebih dulu sebelum memaksimalkan potensinya sebagai seorang komunikator.

“Kita harus yang paling baku, paling basic dan selalu kami sarankan dalam setiap sesi adalah harus selalu melakukan pemanasan alat vokal seperti mengucapkan A-I-U-E-O dengan lantang. Baik mau berbicara tatap muka maupun secara virtual,” kata Nadia.

Selanjutnya komponen (M) alias message atau bisa disebut juga dengan produk knowledge. Agar semakin bisa dekat dengan peserta didik, guru bisa menggunakan contoh keseharian. Mau tidak mau guru harus riset apa yang sedang hits di kalangan anak-anak didik atau di kalangan audiens

“Misalnya kita bisa menggunakan analogi terhadap apa yang mereka suka, seperti media sosial atau squid game yang lagi viral. Kita juga harus menyampaikan semua informasi atau message tersebut secara singkat, padat, back size bentuknya kecil-kecil jadi gampang dilahap oleh peserta didik. jangan lupa juga menambahkan berbagai sumber untuk melengkapi,” imbuhnya.

Public Speaking Untuk Tenaga Pendidik

Lalu komponen (C) atau channel. Nah, channel itu secara umum ada online dan juga ada offline. Kalau untuk offline semua orang pasti sudah menguasai. Sementara untuk channel online itu sangat menantang. Yang perlu dipastikan secara standar adalah koneksinya lancar dan penerangan atau cahaya juga cukup.

“Karena menurut sebuah studi, penerangan akan sangat mempengaruhi mood para peserta yang menyaksikan. Pencahayaan disini tidak perlu yang mahal, banyak sekali pencahayaan seperti ringlight baik buat HP maupun laptop yang harganya sangat terjangkau,” katanya.

Dan yang terakhir adalah (A) atau audience. Untuk mendapatkan perhatian audience apalagi dalam kelas online, maka harus membuat suasana di sekitar menjadi nyaman dan enak untuk dilihat. Bisa menggunakan green screen untuk bisa menggunakan background virtual, bisa berada di ruang belajar dengan background buku-buku, bisa juga dilakukan di dalam studio.

“Kalau saya pribadi, setiap sedang melakukan presentasi saya sediakan pot tanaman kecil kaktus di depan saya atau sebuah mug. Sekelas Deddy Corbuzier aja di channel YouTube itu kan banyak banget tuh ada kata-kata motivasi yang dibingkai ditaruh di sekelilingnya. Itu adalah bagian dari penampilan yang bisa membuat tampilan channelnya secara online menjadi lebih mudah diterima oleh audience. Dan yang terakhir adalah readroom yaitu baca ruangannya. Ruangannya kan sekarang bentuknya adalah virtual, sama halnya seperti yang saya lakukan di awal. Saya membaca ruangan dulu siapa saja sih audience saya, oh ternyata audiens saya adalah para tenaga pendidik ini ada dari SD bahkan ada mahasiswa juga dan seterusnya,” kata Nadia. (Hendriyanto)