Guru di Daerah 3T Terus Berjuang di Masa Pandemi Covid-19

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bukan hanya belajar online yang membutuhkan keberadaan internet dan komputer atau smartphone. PJJ juga bisa dilakukan tanpa internet dan tanpa smartphone. Sehingga para guru dan siswa di daerah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal) tetap bisa melaksanaan PJJ di masa pandemi Covid-19 ini.

”Para guru dan siswa di daerah 3T yang umumnya memiliki keterbatasan jaringan internet jangan berkecil hati. PJJ tetap bisa dilaksanakan dengan sistem luring (luar jaringan),” kata Nur Fitriana, M.A, PTP Ahli Muda Direktorat Sekolah Dasar (SD), Ditjen Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Fitriana berbicara sebagai narasumber dalam Webinar Nasional bertema Strategi Pembelajaran Jarak Jauh pada Selasa, 15 September 2020. Seminar online ini diselenggarakan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pesertanya adalah ratusan guru yang sebagian besar berada di daerah 3T.

Hadir dalam webinar ini Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang Drs. Lindra Azmar, M.Si, dan Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Sintang Nurlyanto, S.Pd. Dalam kesempatan ini, Nur Fitriana juga sekaligus mewakili Direktur Sekolah Dasar Ditjen Dikdas dan Dikmen Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd.

Seminar ini merupakan inisiatif para guru di daerah 3T yang tergabung dalam IGI Kabupaten Sintang. Tujuannya adalah untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19 yang penuh tantangan.

Nur Fitriana menjelaskan, memang tidak semua daerah bisa melaksanakan PJJ daring (dalam jaringan) yang mengharuskan ada internet dan laptop atau smartphone. Bagi daerah seperti itu, bisa melakukan PJJ luring (luar jaringan). Misalnya guru-guru memberikan layanan dengan melakukan kunjungan ke sekolah atau ke beberapa kelompok anak, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

”Jadi guru dan orang tua siswa tidak harus memaksakan diri punya laptop dan smartphone. Banyak cara bisa dilakukan oleh guru dan siswa untuk tetap belajar di masa pandemi Covid-19. Yang terpenting dalam pembelajaran itu mencakup literasi, numerasi dan pendidikan karakter,” jelasnya.

Dia melanjutkan, Kemendikbud juga telah menyederhanakan kurikulum yang sesuai dengan konteks Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yaitu penyederhanaannya 20-40 persen saja dari kurikulum di masa normal, dan dinamakan kurikulum darurat (kondisi khusus). Guru tidak perlu khawatir harus mengejar jumlah Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar (KIKD) secara penuh. Cukup materi esensial saja yang diajarkan kepada siswa.

”Pembelajaran juga jangan memberatkan dan membebani siswa. Pelajaran harus disampaikan secara menyenangkan. Supaya siswa tidak bosan dan tertekan. Dengan begitu, imunitas siswa tetap terjaga sehingga tidak mudah terserang virus. Di masa pandemi ini, kesehatan yang paling diutamakan,” katanya.

Nur Fitriana mencontohkan, supaya siswa tidak bosan, guru bisa mengajak siswa untuk melakukan virtual trip. Yaitu mengunjungi tempat-tempat bermain atau taman hiburan melalui video online. Bagi daerah yang memiliki keterbatasan internet, bisa mengajak siswa bermain layang-layang, misalnya, dengan menyisipkan pembelajaran selama bermain.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang Drs. Lindra Azmar, M.Si, menyemangati para guru untuk terus berjuang mendidik siswa di masa pandemi. Dia mengakui, dunia pendidikan begitu lelah belajar dengan jarak jauh. Guru jadi memiliki beban yang berlipat, dan siswa merasa bosan belajar jarak jauh terus.

”Namun kita tidak bisa paksakan belajar tatap muka. Karena jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terus bertambah. Yang harus kita lakukan adalah terus semangat, apa pun kondisinya, siswa harus terus belajar,” katanya. (Hendri)