Pro dan kontra seputar pemberian PR kepada siswa, menjadi pembahasan yang menarik di kalangan pendidik maupun masyarakat biasa. Bagi yang pro, PR dapat menghindarkan siswa agar tidak main terus, dan dapat membantu siswa menyiapkan pelajaran berikutnya. Bagi yang kontra, PR akan mengurangi quality time di rumah, apalagi kalau PR hanya sekedar memindah aktivitas dari sekolah ke rumah. Oh ya …., Trends in International Mathematics and Science (TIMS) pernah melakukan survei di 27 negara bagian di AS dan 37 negara lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya ada sedikit keterkaitan antara PR dan prestasi siswa. Hal yang menurut penulis penting adalah kenapa memberikan PR dan bagaimana cara mengerjakannya. PR perlu diberikan agar siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan untuk menguatkan pelajaran yang telah diperoleh di sekolah. Jika demikian, bentuk PR sebaiknya tidak mengulang apa yang telah diajarkan di sekolah. PR juga dapat merangsang kreatifitas siswa. Siswa diberi kebebasan untuk memilih materi yang mendukung pembelajaran di kelas sehingga semakin meningkat kolaborasinya, baik dengan keluarga maupun teman sebaya. Misalnya, pembelajaran tentang “Siklus Hidup Kupu-Kupu” di kelas bisa dilanjutkan di rumah dengan melihat siklus binatang lain. Akan tetapi, PR sebaiknya tidak diberikan jika hanya melanjutkan pembelajaran di kelas yang belum tuntas mengingat padatnya materi yang harus diajarkan di kelas kadang tidak diimbangi dengan alokasi waktu yang cukup. PR juga lebih baik tidak diberikan jika menjadikan siswa frustasi, penyendiri, dan tertekan. Menjadi lebih tidak diperlukan jika ada sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan. Finally, jika hendak memberikan PR, pastikan bahwa tujuan jelas, bermanfaat dan merangsang kreativitas dan kolaborasi. Jangan sampai pemberian PR justru membuat siswa menjadi penyendiri dan demotivasi. (Waluyo A.B/Ditpsd) Referensi: Eduro, George. Learners and Learning.