webinar terkait pembelajaran tatap muka

Dalam rangka menyelamatkan pendidikan Indonesia dari dampak pandemi Covid-19, Kemendikbud-Ristek terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan guna memfasilitasi anak-anak agar dapat belajar dengan layak. Salah satunya adalah kebijakan pembelajaran tatap muka.

“Kebijakan pembelajaran tatap muka ini berangkat dari keprihatinan kita bersama dalam menghadapi bencana global, yaitu pandemi Covid-19 yang belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir,” kata Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbud-Ristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., pada webinar bertajuk Sekolah/Madrasah Tanggap Covid-19 melalui Pendekatan ‘School of 5,’ Jumat, 7 Mei 2021.

Direktur Sekolah Dasar menegaskan, pembelajaran tatap muka menjadi pilihan terbaik berdasarkan hasil evaluasi dan penelitian banyak pihak. Pembelajaran tatap muka sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar peserta didik, terlebih dalam hal pendidikan karakter.

Namun demikian, beliau mengingatkan bahwa yang terpenting dari penyelenggaraan pembelajaran tatap muka adalah harus berdasarkan SKB 4 Menteri. Yaitu wajib memenuhi syarat daftar periksa, yang diantaranya mewajibkan ketersediaan sarana prasarana, sanitasi atau toilet sekolah yang bersih dan layak pakai, ada sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir, serta melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala di sekolah.

“Yang tidak kalah pentingnya satuan pendidikan harus mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Dan tentu yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap pembelajaran tatap muka adalah pemerintah,” imbuh Sri Wahyuningsih.

Direktur Sekolah Dasar juga menyampaikan, pembelajaran tatap muka ini merupakan bagian dari pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan pendidikan. “Harus diingat juga yang diwajibkan mengikuti pembelajaran tatap muka adalah anak-anak yang mendapatkan izin dari orang tua. Peserta didik yang tidak mendapat izin orang tua bisa tetap belajar di rumah,” katanya.

Terkait persiapan pembelajaran tatap muka, hasil evaluasi yang dilakukan Direktorat Sekolah Dasar pada Januari lalu menunjukkan, sebagian sekolah sudah siap menyambut pembelajaran tatap muka pada Juli 2021 mendatang. Meskipun masih ditemukan daftar periksa yang belum dipenuhi secara maksimal.

Dari hasil survei dan evaluasi, sebanyak 96.850 dari 149.295 sekolah dasar telah siap dengan keberadaan toilet yang layak pakai. Sementara 32% lainnya belum memenuhi standar toilet layak pakai. ”Sebanyak 3% sekolah tidak menjawab survei yang kami lakukan,” kata Sri Wahyuningsih.

Begitu juga kesiapan ketersediaan sarana cuci tangan pakai sabun, baru 65% sekolah yang menyatakan memiliki fasilitas tersebut. Sementara ketersediaan air mengalir baru terdapat 32%.

“Ini masih dalam proses penyiapan karena survei dilakukan ketika SKB 4 Menteri diluncurkan kembali di Januari lalu. Mudah-mudahan ketika Juli 2021 nanti, semua sekolah sudah memenuhi daftar periksa,” harapnya.

Kemudian sebanyak 92% sekolah sudah koordinasi dengan dinas pendidikan terkait persiapan pembelajaran tatap muka. Dan 96% sekolah sudah sosialisasi adaptasi kebiasaan baru dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Lalu 93% sekolah sudah mendata kesehatan warga sekolah.

“Sebanyak 89% sekolah sudah koordinasi dengan pelayanan kesehatan, sebanyak 96% sekolah sudah membentuk Satgas Covid-19, dan 85% sekolah sudah berkoordinasi dengan satgas Covid-19 setempat. Semoga persiapan pembelajaran tatap muka ini semakin baiks lagi sebelum Juli 2021,” kata Sri Wahyuningsih.

Sementara itu, Dr. H. A. Umar, M.A., Direktur KSKK Madrasah, Kementerian Agama mengatakan, pembelajaran tatap muka sudah sangat siap dilakukan. Dari sisi kualitatif, persiapan warga sekolah dan madrasah rasanya sudah cukup baik. Apalagi dari segi psikologis, warga sekolah baik peserta didik maupun guru sudah sangat merindukan sekolah tatap muka.

“Rasa rindu ini lebih penting karena Insya Allah bisa meningkatkan imun. Kalau imun meningkat, Insya Allah tidak akan mudah terpapar virus corona,” kata Umar.

Ia menegaskan Kementerian Agama mendukung penuh penyelenggaraan pembelajaran tatap muka di bulan Juli 2021 mendatang, dengan catatan jika angka penularan Covid-19 tidak naik signifikan, dan klaster-klaster baru tidak bermunculan.

“Yang tidak kalah pentingnya agar visi ini tercapai adalah bagaimana menyelesaikan persoalan utama kita yaitu membangun budaya baru di era new normal. Ada dua cara membangun budaya baru untuk mengatasi penyebaran virus corona. Pertama, proses penyadaran melalui keteladanan, dan yang kedua proses pemaksaan. Pemaksaan ini bukan arti yang sebenarnya, tapi pengondisian dengan pengawasan dan pengendalian yang ketat,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 menambahkan, sebenarnya dasar terjadi penyebaran dan penularan Covid-19 itu hanya ada dua, yaitu melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung.

“Kontak langsung itu adalah keluar droplets ketika kita ngobrol, sedang berbicara, lagi batuk dan semua percakapan yang mengeluar air, dan itu bisa ada virusnya di dalam. Sementara kontak tidak langsung adalah percikan air liur yang menempel di benda-benda ayang ada di skeitar kita. Jadi tidak menutup kemungkinan virus akan menyebar. Apalagi saat berada dalam satu ruangan, tidak terkecuali saat pembelajaran tatap muka,” kata Reisa.

Agar terhindar dari paparan virus corona, maka ketika berada di ruangan saat melaksanakan pembelajaran tatap muka, kelas harus ada ventilasi udara yang baik. Supaya percikan yang menempel pada benda akan terserap oleh sirkulasi udara.

“Biar lebih aman dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka, selain memenuhi daftar periksa, setiap kelas wajib ada sirkulasi udara,” tegasnya. (Hendriyanto)