Perkembangan teknologi ibarat dua mata pisau. Di satu sisi mampu memberikan akses informasi dengan cepat, sehingga memungkinkan masyarakat meningkatkan pengetahuan serta dapat melahirkan daya saing secara global. Namun di sisi lain memberikan dampak negatif, salah satunya terhadap pertumbuhan anak.

Meski demikian masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan terhadap dampak negatif teknologi selagi ada pemahaman dan kewaspadaan dalam memanfaatkan teknologi.

“Kita tidak perlu takut berlebihan terhadap dampak teknologi, karena yang paling penting ada kewaspadaan dan pengetahuan terkait dengan dampak teknologi,” kata Jumeri, STP., M.Si., Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud dalam webinar Siberkreasi Hangout Online dengan tema “Dampak Teknologi terhadap Perkembangan Otak pada Anak,” Sabtu, 16 Januari 2020.

Dalam webinar ini hadir beberapa narasumber yaitu Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., Public Figure sekaligus Ketua Umum Parfi, Marcella Zalianty, Samuel A Pangarepan dari Kominfo, Dr. dr. Yetty Ramli, SpS(k), Spesialis Syaraf Anak serta ada Drg. Anne Gracia, Praktisi Neurologi Terapan. 

Jumeri melanjutkan, teknologi sangat dibutuhkan dalam industri modern. Oleh karena itu anak-anak sebagai generasi penerus bangsa mau tidak mau harus terbiasa dan beradaptasi dengan kehadiran teknologi. Agar anak-anak terhindar dari dampak negatif teknologi, Kemendikbud sebagai pemangku yang memiliki peran penting di dunia pendidikan terus berupaya dan mendorong semua pihak untuk bisa mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam hal positif.

“Kemendikbud terus berupaya untuk mendorong dan mengimplementasikan berbagai strategi agar penguasaan literasi dasar, termasuk literasi digital pada anak bisa menjadi sebuah kebiasaan baik. Seperti yang disampaikan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, selama pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bukan hanya literasi numerasi saja yang disampaikan, tetapi juga bagaimana mendorong anak menjadi sosok yang critical thinking melalui project based learning activity,” papar Jumeri.

Selama PJJ di tengah pandemi Covid-19 ini pemanfaatan teknologi sangat efektif bagi anak-anak. Melalui teknologi digital, anak-anak bisa mengakses perpustakaan digital, mengakses kelas maya, mengakses museum virtual dan mengakses media sosial yang berisi konten tutorial praktek pembelajaran, dan masih banyak lagi informasi yang edukatif serta bermanfaat.

“Karena begitu penting teknologi di satuan pendidikan, maka Kemendikbud bekerjasama dengan Menkominfo memfinalkan kurikulum mata pelajaran informatika di semua jenjang pendidikan. Baik dikemas dalam bentuk program intrakurikuler maupun ekstrakurikuler,” ungkap Jumeri.

Dirjen PAUD, Dikdas dan Dikmen juga menegaskan semua pihak seperti satuan pendidikan, guru dan orang tua memiliki peran penting dalam pemahaman teknologi digital. Agar mampu mendampingi anak dalam beradaptasi dengan teknologi. Karena tanpa ada pendampingan dan pemahaman dari pihak terkait, akan sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis anak-anak.

“Kita terus berupaya mengajak dan menggandeng para influencer untuk membantu mensosialisasikan bagaimana memanfaatkan teknologi dalam hal yang baik. Serta menghindari dan mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari teknologi terhadap anak-anak kita,” tegasnya.

Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., mengatakan, dalam pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan, Kemendikbud dari waktu ke waktu terus berupaya memfasilitasi semua elemen pendidikan di manapun. Mulai dari satuan pendidikan, guru, peserta didik serta orangtua. Upaya tersebut dimulai dengan melakukan pengembangan Rumah Belajar, sebagai platform pembelajaran yang dapat digunakan guru maupun peserta didik khususnya di masa pandemi ini.

“Ketika kebijakan belajar dari rumah yang solusinya adalah akses pembelajaran jarak jauh, baik daring maupun luring, tentunya pemanfaatan teknologi ini sangat membantu dalam pembelajaran kepada peserta didik. Rumah belajar sebagai sarana pembelajaran yang bisa digunakan oleh peserta didik, orang tua maupun guru memfasilitasi pembelajaran secara luring dan juga dapat diakses secara daring,” ujar Sri Wahyuningsih dalam paparannya.

Beliau melanjutkan, Kemendikbud tidak hanya memberikan fasilitas untuk bahan pembelajaran semata, namun juga memberikan pemanfaatan teknologi untuk mendukung sistem informasi manajemen melalui pengembangan beberapa sistem informasi. Hal ini dilakukan oleh Kemendikbud untuk memudahkan dan memfasilitasi satuan pendidikan dalam melakukan transparansi.

Pendekatan teknologi dilakukan mulai dari transparansi penggunaan dana BOS yang harus dipertanggungjawabkan. Sehingga meningkatkan transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran di satuan pendidikan. Penyediaan panduan implementasi kurikulum 2013 yang juga dapat diakses melalui teknologi, yang sudah dikembangkan oleh Pusat Data dan Informasi Kemendikbud. Serta penyediaan bantuan digitalisasi sekolah di daerah 3T (terluar, tertinggal, terdepan).

“Karena memang masih terbatasnya sarana digital untuk daerah 3T, sementara akses teknologi, akses informasi juga harus diperoleh saudara-saudara kita di daerah tersebut. Kami pun melakukan terobosan-terobosan dalam mendampingi serta memfasilitasi daerah 3T dengan menyediakan bantuan sarana pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK),” ujar Direktur Sekolah Dasar.

Ia menegaskan digitalisasi di satuan pendidikan ini sangatlah penting, sehingga pemerintah dan pemangku kepentingan harus saling bersinergi untuk memberikan kesempatan dan pemahaman kepada para orang tua agar dapat mendampingi dan mengedukasi putra-putrinya dalam memanfaatkan teknologi.

“Kami juga menghimbau kepada orang tua khususnya para ibu yang memiliki kesempatan untuk bisa mendampingi secara lebih intensif pada putra-putrinya, agar memilih konten-konten yang baik pada saat mendampingi anak dalam memanfaatkan teknologi. Mari kita persiapkan putra-putri kita agar di masa belajar dari rumah ini mereka tetap memperoleh pembelajaran yang maksimal,” tandasnya. (Kumi Laila/Hendriyanto)