Adanya pandemi Covid-19 dan pesatnya teknologi telah mengubah cara masyarakat beraktivitas dan bekerja. Kehadiran teknologi sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat semakin mempertegas wawasan terhadap teknologi.

“Untuk menghadapi era disrupsi tersebut, masyarakat harus mempercepat kerjasama dalam mewujudkan agenda informasi digital Indonesia,” tegas Samuel A. Pangerapan, Dirjen Aptika Kemkominfo pada saat memberikan sambutan dalam Webinar Digital Society “Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital” yang tayang secara live di kanal Youtube Siberkreasi pada Sabtu, 20 Februari 2021.

“Salah satu cara dalam mendukung terwujudnya agenda transformasi digital ini adalah menciptakan masyarakat digital. Karena kemampuan literasi digital masyarakat memegang peranan penting di dalamnya,” imbuh Samuel.

Ia melanjutkan, kemampuan literasi digital adalah hal yang paling mendasar dan paling krusial dalam menghadapi perkembangan teknologi saat ini. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tidak hanya mengenal teknologi namun juga cermat dalam menggunakan teknologi pada era disrupsi ini, Kemkominfo bersama Katadata melakukan survei status read literasi digital nasional mengacu kepada kerangka literasi digital UNESCO. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia ada pada angka 3,407 dari skala 1 sampai 4.

“Itu menunjukkan bahwa indeks literasi digital kita hanya ada sedikit diatas sedang, namun belum mencapai tingkat baik. Untuk mencapai tingkat literasi yang baik pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Kementerian Kominfo bersama siberkreasi dan berbagai stakeholder terus berupaya mengadakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia,” ujar Samuel.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang sangat cepat, literasi digital merupakan kunci dan fondasi utama yang harus dimiliki. Pemerintah dalam hal ini Kemkominfo bersama Siberkreasi berkomitmen akan terus melakukan upaya meningkatkan literasi digital masyarakat melalui berbagai macam inisiatif kegiatan.

Dengan berbagai inisiatif kegiatan literasi digital diharapkan dapat memfasilitasi dan semakin mendorong terwujudnya masyarakat digital Indonesia, dan akan mempercepat proses digitalisasi di berbagai lini kehidupan.

“Maka kita harus mempersiapkan SDM dengan keterampilan digital yang sesuai untuk menghadapi perubahan ini. Mari kita membawa perubahan positif untuk Indonesia yang lebih baik. Kita ciptakan inovasi-inovasi berkualitas dengan mengembangkan talenta dan memaksimalkan potensi masyarakat digital Indonesia. Bersama kita dapat melalui pandemi dengan menjadi lebih baik dari masalah sebelumnya,” tegasnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., menyampaikan, implementasi literasi digital harus semakin didorong terlebih di masa pandemi ini. Pandemi Covid-19 telah memberikan hikmah salah satunya adalah percepatan penggunaan teknologi digital, khususnya di dunia pendidikan. Dimana masyarakat menjadi terbiasa menggunakan fasilitas digital untuk mentransformasi data dan informasi yang perlu diakses.

“Dunia pendidikan menjadi sektor yang sangat terdampak di masa pandemi ini. Orangtua, siswa dan guru merupakan segitiga emas yang harus beradaptasi dalam kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik luring maupun daring. Kondisi tersebut mau tidak mau mendorong segitiga emas ini beradaptasi dengan teknologi,” papar Sri Wahyuningsih.

Dalam menghadapi PJJ di masa pandemi ini, guru maupun orang tua perlu memiliki satu pemahaman literasi digital. Karena dekatnya anak-anak dengan media sosial rentan terhadap pengaruh negatif. Kemudian dengan pemahaman literasi digital juga bisa mencegah terjadinya cyber bullying atau phising atau penipuan dengan berkedok iming-iming di dunia digital.

“Inilah yang perlu diedukasikan kepada anak-anak kita. Untuk itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta Kementerian kominfo selalu berkolaborasi melalui Siberkreasi untuk mengedukasi bahwa semua anak harus terdorong dalam literasi digital. Khususnya anak-anak di satuan pendidikan yang memanfaatkan teknologi digital untuk media pembelajaran,” imbuhnya.

Sri Wahyuningsih melanjutkan, untuk memenuhi edukasi yang mumpuni di era teknologi, Kemendikbud melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) terus berupaya menyediakan konten edukatif yang tidak berbayar atau gratis yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja oleh peserta didik Indonesia. Seperti melalui portal rumah belajar. Selain itu optimalisasi digitalisasi sekolah juga terus dikembangkan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak seperti TVRI, dan radio RRI.

“Kami sendiri Direktorat Sekolah Dasar sudah mengembangkan berbagai aplikasi yang ada di Play Store, misalnya aplikasi soal kompetensi atau disebut dengan Aksi, aplikasi Sispena untuk akreditasi. Kemudian aplikasi Siplah dalam rangka memberikan kemudahan transaksi penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah di setiap satuan pendidikan sekolah dasar,” paparnya.

Tidak hanya itu, ujar Sri Wahyuningsih, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga memiliki program guru berbagi yang merupakan aplikasi dan portal. Melalui aplikasi ini, guru-guru bisa berbagi pengalaman dan saling meningkatkan kompetensi yang dimiliki.

“Kami mendorong seluruh masyarakat untuk cerdas dalam literasi digital, cermat, serta bijak dalam memanfaatkan digital tools yang dimiliki. Karena kita harus mewaspadai anak-anak kita dalam menggunakan sosial media. Kerjasama semua pihak khususnya orang tua dan guru sangat diharapkan dalam mendampingi putra-putri didiknya dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh,” katanya.

Prof. Eko Indrajit, Praktisi Literasi Digital menyampaikan, para pemimpin dunia dan Unesco sudah mengatakan bahwa kita harus bisa mempersiapkan peserta didik memasuki abad ke-21 yang penuh dengan ketidakpastian, perubahan dan sarat akan teknologi. Dan harus memiliki kompetensi-kompetensi abad 21 untuk bekal dalam persaingan industri.

“Kompetensi yang wajib diterapkan di abad 21 ini adalah informasi, media dan teknologi. Bahkan Unesco merilis Unesco ICT Competency Framework for Teacher. Ini tidak hanya untuk guru tapi juga untuk dosen, orang tua dan masyarakat,” ujarnya.

Dalam Unesco ICT competency Framework for Teachers ini ada tiga hal yang menjadi kunci utama, yaitu teknologi literasi, knowledge deepening dan knowledge creation. Tugas seorang guru atau pendidik salah satu yang penting saat ini adalah menanamkan agar peserta didik memiliki literasi teknologi. Hal tersebut agar mereka bisa belajar mandiri dengan adanya teknologi.

“Kalau mereka bisa belajar mandiri dengan cara mengakses internet, mencari sumber-sumber belajar yang baik di internet, belajar dari orang lain yang lebih piawai di internet, maka mereka bisa melakukan yang namanya mendalami pengetahuan sesuai dengan bidangnya masing-masing secara mandiri, karena dia memiliki literasi teknologi. Harapannya kalau dia bisa mendalami literasi teknologi maka dia bisa membuat yang namanya knowledge creation. Karena orang Indonesia harus bisa berkreasi menciptakan sesuatu, apakah berupa teori, metodologi, produk, layanan, barang, ide atau gagasan yang memenuhi kebutuhan masyarakat,” tutupnya. (*)