Tidak dapat dipungkiri menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama setahun pandemi Covid-19 mulai menimbulkan kejenuhan, baik bagi peserta didik, guru maupun orang tua yang mendampingi.

“Untuk menghindari kejenuhan belajar di rumah, para pendidik harus dapat mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi,” kata Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., dalam kegiatan webinar Kiat Mengatasi Kejenuhan Ajar Selama PJJ di Masa Pandemi yang diselenggarakan oleh Kominfo bekerjasama dengan Siberkreasi pada Kamis, 4 Maret 2021.

Direktur Sekolah Dasar melanjutkan, pandemi Covid-19 sudah memberikan pembelajaran kepada kita semua untuk bisa beradaptasi dengan kecepatan perkembangan teknologi informasi. Pendidik dapat mengakses berbagai konten kreatif melalui media digital. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman terkait pemanfaatan teknologi informasi.

Tidak hanya mengeksplorasi berbagai konten kreatif, pemanfaatan teknologi informasi juga dapat mendorong transformasi layanan pendidikan menjadi lebih cepat, efektif dan efisien. “Sekarang ini banyak sumber informasi yang diperlukan bisa lebih mudah kita dapatkan,” ujarnya.

Sri Wahyuningsih menegaskan tidak ada lagi yang harus dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran di era pandemi Covid-19 ini selain kerja sama semua pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dan yang paling utama adalah kerjasama antara segitiga emas yaitu orang tua, guru dan peserta didik.

“Mereka merupakan segitiga emas yang harus kita jaga dan harus dioptimalkan. Mereka harus diberikan pemahaman untuk memastikan bahwa kegiatan belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah. Kita sebagai orang tua harus tersadarkan bahwa kita memiliki kewajiban untuk mendidik putra-putri kita. Mendidik bukan hanya kewajiban guru dan pihak sekolah,” katanya.

Stephanie Hardjo, Head of K12 Product Ruangguru yang juga menjadi narasumber webinar memaparkan kiat mengatasi kejenuhan belajar di rumah. Ternyata waktu satu tahun masa pandemi yang membuat satuan pendidikan terbiasa menjalankan PJJ, akan tetapi tetap banyak kendala yang dihadapi.

“Bahkan seiring berjalannya waktu mulai ada fenomena lost learning, dimana siswa mulai kehilangan kemampuannya untuk belajar. Kenapa hal itu terjadi? Karena salah satu faktornya adalah ada dalam desain penyampaian materi pembelajaran dari tenaga pendidik,” kata Stephanie.

Menurutnya, ada diskoneksi antara yang dipikirkan guru dengan apa yang diekspektasikan siswa. Sementara itu pembelajaran yang baik tentunya yang menjembatani antara siswa dan guru.

“Gimana cara menjembataninya? Ini dapat dilakukan melalui desain pembelajaran yang bisa membangun semangat peserta didik, kompetensi pengajar, happy hour untuk siswa, serta memilih konten dan media pembelajaran yang berkualitas,” tuturnya.

Dalam desain pembelajaran, Stephanie menyebut istilah POKOK. Singkatan dari “otonomi” yaitu memberikan siswa pilihan atau melibatkan dalam pembelajaran, “kepentingan” memberitahu siswa kenapa pelajaran tersebut penting bagi mereka. “Orang” dekat yaitu melibatkan teman-temannya, orang tuanya, saudaranya ikut dalam PJJ. Konteksnya bukan mengajarkan langsung tapi lebih kepada memberi dukungan kegiatan. Dan yang terakhir adalah “kemampuan” yaitu mengapresiasi kreativitas dan skill siswa untuk membangun kepercayaan dirinya.

“Selain desain pembelajaran, juga ada yang namanya membangun kompetensi diri sebagai pengajar. Caranya itu dengan rajin ikut pelatihan webinar dan lain-lain. Ketiga adalah ‘happy hour’ siswa yaitu memberikan luang waktu untuk siswa seperti ngobrol-ngobrol santai, bermain game, tebak-tebakan dan lain-lain untuk membuat siswa senang menjalankan PJJ,” tutur Stephanie.

Ia menambahkan, dalam PJJ yang dilaksanakan secara daring melalui media digital, guru harus memberikan literasi digital kepada siswa. Materi pembelajaran yang diberikan juga harus bervariasi untuk meminimalisir rasa bosan dan jenuh.

“Misal materinya itu bisa berbentuk video, PDF, power point atau rangkuman infografis, artikel. Nah tugas yang diberikan juga bisa berupa latihan soal digital, proyek mandiri atau kelompok,” ujarnya. (*)