Tahun 2020 sudah berlalu. Namun Covid-19 masih menjadi ancaman utama bagi penduduk dunia. Ratusan ribu nyawa melayang, puluhan juta orang sudah terpapar. Korbannya dari kalangan atas hingga rakyat jelata.

Meski demikian, di tengah situasi sulit selalu ada optimisme. Tidak sedikit mereka yang terpapar virus corona berhasil sembuh. Beberapa dari mereka membagikan kisahnya dalam diskusi “Kopi Pahit” dengan tema “Kehidupan Kedua, Kisah Perjuangan Para Penyintas Covid-19” yang digelar secara virtual pada Sabtu, 23 Januari 2020.

Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd dalam diskusi itu menuturkan, tidak pernah menyangka sebelumnya harus menerima kenyataan bahwa ia positif terpapar Covid-19 pada penghujung bulan Agustus 2020. Bagaimana tidak, Sri Wahyuningsih selalu ketat menjalankan protokol kesehatan serta menjaga pola hidup bersih dan sehat.

“Ketika saya dan dinyatakan positif Covid-19 antara percaya dan tidak. Sebagai manusia biasa saya kaget. Salah saya di mana karena secara normal protokol kesehatan sudah saya ikuti seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan. Saya kemudian merenung dan sadar kalau saya dipilih juga oleh Tuhan untuk menerima amanah berupa virus Covid-19. Kemudian paginya saya mengumumkan kepada staf saya kalau saya positif Covid-19. Saya tidak takut dan tidak malu karena ini bukan aib,” kata Sri Wahyuningsih yang tampil sebagai pembicara dalam diskusi itu.

Setelah menyampaikan kabar mengejutkan tersebut kepada seluruh staf Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud, Sri Wahyuningksih kemudian menghimbau seluruh staf dan orang-orang yang sempat berinteraksi dengannya untuk melakukan swab test. Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud memang secara berkala melakukan swab test untuk para pegawai.

“Kami secara berkala melakukan swab test setiap bulan. Sebagai bentuk pemeliharaan kesehatan pegawai di Direktorat Sekolah Dasar,” ujarnya.

Sri Wahyuningsih sempat khawatir, apalagi pada waktu itu yang sedang sakit suami dan anaknya. Untuk menindaklanjuti, ia kemudian mengajak suami, 3 anak serta satu asisten rumah tangga untuk melakukan swab test. Hasilnya, suami ternyata turut terpapar Covid-19. Sementara tiga anak dan asisten rumah tangga dinyatakan negatif.

“Setelah mendapatkan hasil test kami kemudian diskusi dan memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah. Yang saya lakukan selama menjalani isolasi mandiri itu adalah saling menguatkan,” ujarnya.

Kehadiran suami dan ana-anak adalah kekuatan dalam menghadapi ujian pandemi. Karena ia dan suami terpapar Covid-19 kelas ringan, Direktur Sekolah Dasar itu tetap melakukan aktivitas biasa di dalam rumah dengan memanfaatkan teknologi digital. “Saya tetap melakukan aktivitas, saya berkoordinasi dengan staf saya melalui aplikasi zoom meeting dan pemanfaatan teknologi lainnya,” ujar Sri Wahyuningsih.

Melawan Covid-19 dengan Menguatkan Imun dan Iman

Banyak orang yang gugur pada saat melawan Covid-19, baik itu tenaga medis maupun masyarakat umum. Dengan ribuan nyawa di Indonesia yang tidak terselamatkan dari Covid-19, tentu timbul rasa takut yang luar biasa. Akan tetapi Sri Wahyuningsih terus berusaha menguatkan diri sendiri dan keluarga.

Di saat berjuang melawan Covid-19, Sri Wahyuningsih bercerita ia sempat melewati masa yang sulit. Setelah satu minggu dinyatakan positif Covid-19, adik laki-lakinya meninggal dunia akibat serangan stroke.

“Jadi saat itu bisa dibayangkan, saya yang dalam kondisi positif Covid-19 tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi harus menghadiri pemakaman adik saya, tidak mungkin. Yang bisa dibayangkan pada waktu itu adalah kesedihan orang tua saya. Dan itu pengalaman yang luar biasa menyayat hati saya,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Namun di tengah duka yang mendalam, Sri Wahyuningsih tetap harus menguatkan dan menyemangati diri sendiri, keluarga, serta stafnya di kantor yang beberapa juga terpapar Covid-19.

“Yang saya lakukan pada waktu itu adalah saya membuat grup khusus bagi kawan-kawan yang terpapar Covid-19. Saya berjuang semaksimal mungkin untuk menguatkan mereka, karena saya percaya dalam menghadapi ujian Covid-19 ini yang harus kita jaga adalah imun dan iman kita. Dengan terjaganya imun dan iman maka akan terjaga juga kondisi mental dan psikis kita,” ujarnya.

Banyak hikmah yang ia alami selama menghadapi cobaan melawan Covid-19. Meskipun termasuk dalam kategori ringan, Sri Wahyuningsih segera melakukan isolasi mandiri, menjaga konsumsi makanan serta mengkonsumsi obat dan vitamin.

Selain itu, Sri Wahyuningsih juga menghimbau pada masyarakat luas agar tidak menganggap enteng Covid-19 sehingga melupakan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak menjaga protokol kesehatan yang sudah dianjurkan. Dan yang tak kalah penting juga adalah tidak menganggap orang-orang yang terpapar Covid-19 dengan pandangan sebelah mata.

“Sekali lagi saya sampaikan bahwa Covid-19 ini bukan aib, jadi jangan mengucilkan siapapun yang sedang terpapar Covid-19. Mari kita saling menguatkan satu sama lain, saling menyapa satu sama lain sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan. Dengan begitu kita akan bisa terbebas dan selamat dari pandemi Covid-19,” tutupnya.

Founder Media Grup sekaligus Komisaris Independen PT Jamkrindo, Muchlas Rowi juga membagi pengalamannya saat terpapar Covid-19.

“Awalnya saya tidak menyangka akan terpapar karena saya tergolong orang yang bukan perokok, saya juga orang yang sangat ketat terhadap protokol kesehatan. Kemana mana selalu menggunakan masker medis, karena saya tidak terlalu yakin dengan masker kain biasa. Ketika makan di tempat umum saya minta bangku sendiri. Tapi ternyata takdir itu menentukan bahwa saya harus terpapar,” cerita Muchlas Rowi.

Menjelang akhir tahun 2020, Muchlas Rowi divonis positif Covid-19 setelah melakukan swab test karena mengalami demam tinggi. Muchlas mengatakan saat itu secara mental sudah mulai down. Apalagi istrinya pun ikut terpapar walaupun termasuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).

“Jujur secara mental saya sangat down, saya membayangkan bahwa saya hanya tinggal menghitung hari menuju kematian. Namun saya jadi semangat dan optimis ketika istri saya menyemangati saya dengan mengatakan untuk menghadapi cobaan ini bersama-sama. Setelah menyiapkan mental dan berdiskusi, saya dan istri memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah. kebetulan profesi istri saya adalah dokter,” ujarnya.

Ia menyampaikan, kunci dalam menghadapi pandemic Covid-19 ini adalah bagaimana mempersiapkan mental, imun dan yakin bahwa Allah itu tidak akan menguji manusia di luar kemampuannya. Karena hal itulah yang dilakukan oleh Muchlas Rowi hingga keajaiban dari Allah SWT pun datang dan menyembuhkannya dari Covid-19 setelah berjuang dan melewati isolasi mandiri selama 14 hari.

“Kita harus yakin terhadap pertolongan Allah, selalu menjaga kesehatan, imun serta iman kita,” pungkasnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. Ulul Albab, SpOg., Kepala Divisi Internal Organisasi MPPK Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Ia terpapar Covid-19 kelas berat. Namun berhasil sembuh dan dapat menjalankan kehidupan kedua.  

Ulul Albab mengatakan Covid-19 nyata adanya, virus ini ada di depan mata dan ini sangat berbahaya. Sebagai dokter yang selalu menggunakan APD saat bertugas di rumah sakit, ia selalu melaksanakan protokol kesehatan sangat ketat. Namun nyatanya ia terpapar juga. Ulul selalu mengingatkan siapapun akan bahaya Covid-19.

“Saya yang sempat menjadi korban terpapar Covid-19 kelas berat selalu menyampaikan kalau kita tidak tahu apakah kita bisa terkena dari mana. Kita tidak tahu karena semuanya bisa terkena, semuanya bisa membawa kepada siapa saja dan juga semuanya bisa terpapar dan bisa jatuh dalam kondisi apa saja akibat Covid-19 ini,” tegasnya.

UIul Albab terpapar Covid-19 awal Oktober 2020, kemudian ia dilarikan ke rumah sakit dan menjalani perawatan selama 22 hari. Selama 14 hari ia dirawat di ruangan ICU, enam hari diinkubasi dimana dia dalam kondisi ditidurkan.

“Saya terpapar Covid-19 itu pada kondisi yang sangat berat, paru-paru saya sudah hampir tidak berfungsi lagi. Bahkan mungkin kalau boleh dibilang kasus saya hampir mirip yang dialami oleh pasien Covid-19 yang akhirnya dipanggil oleh yang Maha Kuasa,” papar Ulul Albab menceritakan kisahnya.

Setelah berjuang melawan Covid-19 kelas berat, Ulul kemudian dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang pada akhir Oktober 2020. Meski demikian selama dua minggu ia masih melakukan pemantauan dan melakukan rehabilitas mandiri.

“Alhamdulillah setelah melewati semua proses penyembuhan, akhir November dan awal Desember 2020 kemarin saya melakukan aktivitas kembali seperti biasa. Saya kemudian berjanji setelah sembuh saya akan memenuhi edukasi. Makanya ketika saya diminta untuk menjadi pembicara pengalaman saya tentang Covid-19, saya sangat senang luar biasa. Karena masih banyak masyarakat yang meremehkan dan tidak menganggap adanya Covid-19. Jadi saya tekankan Covid-19 itu nyata, Covid-19 itu ada di depan mata. Dan agar terhindar dari paparan Covid-19 kita harus menjalankan 3 hal penting yaitu aman, imun dan iman,” pungkasnya. (Kumi Laila/Hendriyanto)