Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) jenjang sekolah dasar dimulai secara serentak di seluruh Indonesia pada Senin, 15 November 2021. Dari pantauan langsung yang dilakukan tim Direktorat Sekolah Dasar, Kemendikbudristek di 68 kabupaten/kota, ANBK hari pertama berjalan lancar.
Memang banyak pihak khawatir pelaksanaan ANBK di jenjang SD ini akan menghadapi banyak kendala. Maklum, inilah pertama kalinya dalam sejarah Republik, jenjang SD melaksanakan asesmen secara nasional berbasis komputer. Berbeda dengan jenjang SMP, SMA dan sederajat yang sudah berpengalaman melaksanakan ujian nasional berbasis komputer.
Tapi kekhawatiran itu tak terbukti, setidaknya di daerah-daerah yang dilakukan pantauan langsung oleh tim Direktorat Sekolah Dasar. ANBK jenjang SD hari pertama berjalan lancar. Kepala sekolah, guru, pengawas ruangan, proktor, peserta didik dan semua pihak yang terlibat bekerja sama dengan apik.
Bahkan banyak peserta didik yang hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk mengisi soal. Kemudian pulang. Padahal waktu yang disediakan untuk sesi pertama (pagi) adalah dari pukul 08.00 hingga 10.35. Ketika ditanya kenapa cepat sekali menyelesaikan jawaban, mereka bilang soalnya cukup mudah.
Fakta ini cukup menarik mengingat saat gladi bersih Asesmen Nasional beberapa waktu lalu, murid lumayan kesulitan mengisi soal. Dalam berbagai simulasi Asesmen Nasional di banyak platform digital, para guru juga mengeluhkan sulitnya soal-soal asesmen untuk murid SD.
”Tidak sulit menjawab soal-soal literasi Asesmen Nasional,” kata Rachel Gabriella Arruanbaianda, siswi kelas 5-C SD Negeri 001 Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat seusai mengikuti Asesmen Nasional.
Parlina, S.Th, Kepala SD Negeri 001 Mamasa menjelaskan, ANBK di sekolahnya berjalan lancar tanpa kendala sama sekali. Jam 7 pagi jaringan sudah terbuka. Saat murid mengisi soal juga lancar. Sebagian murid hanya butuh waktu 30 menit mengisi soal lalu pulang. Sebagian lagi ada yang sampai 1 jam. Tapi bukan karena kendala jaringan, melainkan karena siswa ingin lebih teliti mengisi soal.
”Memang ada kendala pada saat simulasi beberapa waktu lalu. Sulit sekali terkoneksi dengan server pusat. Tapi saat pelaksanaan hari ini lancar sekali,” katanya dengan wajah sumringah. Dia berharap di tiga hari berikutnya juga berjalan lancar.
Di hari pertama ini murid mengisi soal literasi. Total ada 15 murid SDN 001 Mamasa yang terpilih mengikuti Asesmen Nasional. Mereka dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi satu yang berlangsung pagi hari, murid yang mengisi soal AN sebanyak 7 orang. Pada sesi kedua yang diselenggarakan mulai pukul 13.00, sebanyak 8 murid yang mengisi soal AN.
Mece Sa’bu, guru kelas 5 SDN 001 Mamasa mengatakan bersyukur sekali sekolahnya mendapatkan bantuan chromebook 18 unit dari Kemendikbudristek. Sehingga sekolah ini bisa menyelenggarakan ANBK secara mandiri dan secara online. Tidak perlu menumpang ke sekolah lain.
”Kami juga mendapatkan pelatihan penggunaan chromebook dari Direktorat Sekolah Dasar. Sekaligus dilatih menjadi proktor. Ini sangat bermanfaat sehingga ANBK di sekolah kami ini berjalan lancar,” katanya.
Mece Sa’bu bercerita, ia bersama beberapa guru, kepala sekolah, proktor, dan teknisi membentuk tim kerja sebulan menjelang pelaksanaan ANBK. Mereka bekerja intens mempersiapkan ruangan, laptop chromebook, jaringan internet, melatih murid mengoperasikan laptop hingga menyiapkan mental mereka menghadapi ANBK.
”Memang butuh kerja keras dan kerja sungguh-sungguh agar ANBK ini berjalan lancar,” katanya. Namun demikian, terlepas dari kerja keras pihak sekolah, ada satu kendala yang dikhawatirkan dapat mengganggu pelaksanaan ANBK. Yaitu mati listrik.
Di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, pada saat sesi pagi berlangsung, tiba-tiba pihak sekolah menerima surat pemberitahuan dari PLN bahwa akan dilakukan pemadaman listrik pada siang hari dalam rangka perbaikan jaringan. Artinya sesi kedua ANBK yang akan dilaksanakan mulai pukul 13.00 terancam batal. Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Serang buru-buru berkoordinasi dengan PLN agar pemadaman ditunda.
Beberapa sekolah di daerah lain terpaksa menunda pelaksanaan ANBK karena listrik tiba-tiba mati. Misalnya di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta ada tujuh sekolah yang terdampak mati listrik. Di Wonogiri ada musibah banjir sehingga berapa wilayah mati listrik, dan sekolah di wilayah tersebut tidak bisa melaksanakan ANBK.
Dr. Lanny Anggraini, S.Pd., M.A., koordinator tim Direktorat Sekolah Dasar yang turun ke daerah memantau pelaksanaan ANBK menjelaskan solusi atas permasalahan mati listrik. Berdasarkan hasil koordinasi dengan Pusat Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek bahwa sekolah yang terkendala melaksanakan ANBK di hari pertama ini dapat dilakukan penjadwalan ulang pada gelombang ketiga. "Jika terkendala di hari kedua, dapat diulang jadwalnya pada gelombang keempat," jelasnya.
Direktur Sekolah Dasar, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd memberi semangat kepada para peserta didik yang mengikuti ANBK. ”Jangan panik dan bingung, kerjakan yang mana menurut kalian mudah, hati-hati, tetap tenang, konsentrasi dan jangan berpikir ini adalah pekerjaan yang sangat sulit,” katanya.
Beliau menjelaskan hasil Asesmen Nasional ini nanti akan digunakan sebagai base line data yang akan memudahkan pemangku kepentingan di bidang pendidikan, baik pemerintah pusat/daerah, masyarakat, maupun tenaga pendidik, untuk memperoleh gambaran bentuk kualitas pendidikan sekolah dasar.
”Mudah-mudahan hasil Asesmen Nasional ini dapat digunakan secara optimal sebagai dasar perencaanan satuan pendidikan agar kualitas pendidikan semakin baik lagi ke depan,” ujarnya. (Hendriyanto)