Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud menggelar webinar Pengenalan Aplikasi Asesmen Formatif pada Senin, 9 November 2020. Seminar online ini diikuti ribuan guru dari seluruh Indonesia.

Kegiatan pengenalan aplikasi ini bertujuan untuk mempersiapkan implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang akan dilaksanakan tahun 2021 sebagai pengganti Ujian Nasional.

“Berbagai upaya sudah kita lakukan untuk mensosialisasikan AKM, termasuk pengenalan aplikasi khusus dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud yang dilakukan pada hari ini. Sehingga secara teknis nanti kita bisa belajar cara penggunannya, pengukurannya, menggunakan hasil pengukuran dan lain-lain,” papar Dr. Ir. Eko Warisdiono, M.M (Analis Kebijakan Madya Direktorat Sekolah Dasar) saat membuka kegiatan webinar.

Eko melanjutkan, Direktorat Sekolah Dasar mengharapkan melalui kegiatan secara nasional ini menghasilkan referensi, pandangan serta pemahaman mengenai pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) secara utuh bagi semua pihak.

“Harapannya dari sisi substansi dan aplikasi yang dipaparkan pada kegiatan ini, semua pihak bisa memahami dan sekaligus bisa menerapkan itu sebagai bagian dari proses untuk memberikan pengalaman bagi peserta didiknya. Juga memberikan pengalaman bagi ibu bapak guru untuk bagaimana memberikan model-model asesmen untuk improvement di bidang pembelajaran,” ujar Eko.

Eko juga menegaskan, para guru yang menjadi peserta webinar ini diharapkan menjadi pelopor di sekolahnya dan di daerahnya masing-masing untuk mensosialisasikan AKM kepada rekan-rekan guru yang lain. “Para guru peserta webinar ini harus mampu mensosialisasikan lagi kepada rekan-rekan guru yang pada kesempatan ini belum bisa bergabung mengikuti kegiatan pengenalan aplikasi AKM,” katanya.

Haryo Susetyo dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud menyampaikan, aplikasi AKM dapat dijalankan pada smartphone berbasis android minimum versi 4. Dalam aplikasi tersebut meliputi tes pretest, adaptif dan formatif.

Aplikasi dapat dioperasikan melalui dua cara yaitu melalui koneksi online dimana pengguna dapat melakukan instalasi, download paket dan soal, dan upload hasil penilaian. Sementara menggunakan aplikasi dengan cara koneksi offline adalah melakukan persiapan data siswa, melakukan tes dan skoring. Aplikasi asesmen bisa didownload di Play Store di masing-masing smartphone.

“Ada beberapa proses dalam aplikasi yang harus dilakukan oleh pengguna. Pertama menginstal aplikasi melalui Playstore, dalam hal ini aplikasi hanya berjalan menggunakan sistem operasi Android. Kemudian login menggunakan username dan password. Setelah login, guru dapat membuat rombel dan daftarkan siswa yang akan mengikuti tes. Jadi rombel ini bisa diisi misalnya kelas satu rombel A berarti  diisi 1A. Kemudian kelas 2 rombel B bisa diisi 2B dan lain sebagainya. Jadi sifatnya wajib tetapi isinya bebas,” papar Haryo.

Ia melanjutkan, dalam mendaftarkan siswa ada dua metode yang bisa dilakukan yaitu dengan mengetikan langsung nama peserta kepada smartphone, kemudian alternatif yang kedua dengan cara mengimport data dari excel; guru hanya tinggal membuat formatnya saja. Selain itu untuk format juga sudah disediakan oleh aplikasi dan bisa didownload. Dalam format tersebut hanya membutuhkan 4 kolom yaitu NSN, nama lengkap, jenis kelamin dan tanggal lahir.

Setelah melakukan pembuatan rombel dan daftar siswa, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah guru dapat melakukan tes kepada siswa, baik pretest, adaptif maupun formatif. Tetapi khusus untuk kelas 1 dan 2 sudah disediakan satu tes namanya pretest yang fungsinya untuk mengetahui sebatas apa kemampuan siswa kelas 1 dan 2 dalam mengenal huruf atau angka. Apakah baru dapat mengeja kemudian membaca 1 kata atau membaca 1 paragraf sebelum nanti mengerjakan tes formatif maupun adaptif.

“Setelah melakukan tes untuk satu atau beberapa siswa, langkah selanjutnya guru juga dapat melakukan koreksi jawaban, khususnya untuk pertanyaan yang bentuknya essay atau isian sehingga membutuhkan penilaian dari guru-guru menggunakan smartphone yang sama dari yang digunakan oleh siswa. Sedangkan untuk tipe-tipe soal yang bentuknya pilihan ganda atau pilihan ganda kompleks dapat diskor secara otomatis oleh aplikasi. Kemudian setelah melakukan koreksi jawaban sampai dengan menghasilkan nilai, guru juga dapat mengunggah hasilnya ke server. Nah ini dibutuhkan koneksi online sehingga nilai yang sudah didapat dari siswa dapat diunggah sehingga dapat dianalisis oleh Pusat,” Pungkas Haryo. (Kumi/Hendri)